Kamis, 28 Juni 2012

tanda-tanda persalinan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan didahului dengan kebuntingan. Suatu persalinan ditandai dengan peningkatan aktivitas miometrium dari aktivitas jangka panjang dan frekuensi rendah, menjadi aktivitas tinggi dengan frekuensi yang lebih tinggi. Kondisi ini menghasilkan suatu keadaan menipis dan membukanya serviks uterus. Pada persalinan normal terdapat juga hubungan antara waktu dengan perubahan biokimiawi jaringan ikat serviks yang menyebabkan kontraksi uterus dan pembukaan serviks. Semua peristiwa tersebut terjadi sebelum pecahnya selaput ketuban (Adenia, 1999).
Pada umumnya mamalia mempunyai keadaan fisiologi yang berbeda-beda. Tergantung kondisi individu. Hal tersebut sangatlah tergatung pada asupan makanan dan kondisi hormonal. Untuk terjadi persalinan, maka harus didahului mekanisme hormonal. Telah diketahui bahwa sejumlah hormon berperan penting dalam membantu persalinan (Valentina, 2010). 
Dari tinjauan psikis, terdapat perubahan-perubahan yang nampak mengiri mammalia yang akan mengalami persalinan. Keadaan psikis yang berubah-ubah tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi hormonal. Begitu juga saat persalinan berlangsung. Terjadi perubahan otot-otot tertentu yang berfungsi untuk menyelenggarakan persalinan. Makalah ini akan membahas tentang sebab-sebab mulainya dan tanda gejala persalinan khususnya pada mamalia.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud dengan kelahiran?
2.    Apa sajakah tanda-tanda kelahiran pada mamalia?
3.    Apa sajakah persiapan yang dilakukan menjelang persalinan?

1.3  Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adakah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui definisi tentang kelahiran
2.    Untuk mengetahui tanda-tanda kelahiran pada mamalia
3.    Untuk mengetahui persiapan yang dilakukan menjelang persalinan

4.     
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kelahiran
Kelahiran adalah proses fisiologik dimana uterus yang bunting mengeluarkan anak dan plasenta, melalui saluran kelahiran. Proses kelahiran ditunjang oleh perejanan kuat dari urat daging uterus, perut dan diafragma. Sebelum kelahiran itu terjadi telah dikenal beberapa tanda-tanda akan datangnya kelahiran (Partodihardjo, 1992).
Menurut Madjid (2007), menyatakan bahwa melahiran merupakan  proses membuka dan menipisnya serviks, dan di mana janin dan ketuban turun ke dalam jalan lahir dan didorong keluar melalui jalan lahir. Secara umum kelahiran adalah serangkaian kajadian yang berakhir dengan pengeluaran anak yang cukup bulan,lahir spontan, tanpa komplikasi baik pada induk maupun janin, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh induk.
2.2 Tanda-tanda kelahiran
Tanda-tanda akan datangnya suatu kelahiran pada hewan ternak, pada umumnya hampir sama dari spesies ke spesies. Tanda-tanda itu misalnya: induk hewan gelisah, ligament sacrospinosum et tuberosum merileks, edema pada vulva, lendir sumbat serviks mencair, kolostrum telah menjadi cair dan mudah dipencet keluar dari puting susu, pada anjing dan kucing sering sekali terlihat membuat sarang, dan sebagainya. Namun demikian, saat dan intensitas tanda-tanda yang disebutkan itu dari hewan ke hewan tidak selalu sama, demikian pula saat dan intensitas tanda-tanda akan datangnya kelahiran pada hewan muda, yang baru pertama kali akan beranak dengan induk yang telah kerap kali beranak, banyak berbeda. Karena berbeda maka tanda yang tampak tersebut tidak dapat dipakai sebagai pegangan yang mantap untuk meramalkan saat datangnya suatu kelahiran dengan tepat. Namun demikian, tanda-tanda itu perlu dipelajari sebagai petunjuk kapan kira-kira kelahiran akan terjadi. Bagi mereka yang mempunyai profesi menolong kelahiran, petunjuk semacam itu sangat diperlukan. Petunjuk-petunjuk ini diperlukan guna memulai persiapan bila pertolongan diperlukan oleh hewan betina yang akan melahirkan (Partodihardjo, 1992).
Untuk sapi dan kuda, petunjuk yang sekali-sekali ada gunanya adalah tanggal hewan betina itu dikawinkan. Menjelang berakhirnya masa kebuntingan, hewan betina sering berusaha mengasingkan diri dari kawannya. Untuk sapi dan kuda pada suatu peternakan yang baik, perlu disediakan kandang beranak. Ketenangan juga diperlukan oleh seekor induk hewan, dan acapkali membawa maut baginya. Babi, anjing, dan kucing, hamper selau mencari tempat untuk bersarang di mana induk hewan ini merasa aman (Partodihardjo, 1992)
Pada sapi terjadi relaksasi bagian pelvis, terutama ligamentum sacro-spinosum dan tuberosum. Relaksasi ini menyebabkan urat daging di atas pelvis mengendor. Jika diraba, urat daging sebelah kiri dan kanan pangkal ekor terasa kendor dan lunak dibanding dengan perabaannya pada waktu kebuntingan masih berumur 6 atau 7 bulan. Pada kebanyakan sapi betina, bilaurat daging yang menghubungkan pangkal ekor dengan tuber ischii kelahiran sudah tinggal 24 sampai 48 jam lagi. Relaksasi urat daging pangkal ekor ini sekali-sekali disertai dengan kenaikan daging pangkal ekor (agak menjadi tegak seperti paad waktu hewan sedang birahi). Vulva menjadi lebih bengkak, karena edema, besarnya menjadi 2 sampai 4 kali daripada sebelumnya. Jika dipegang terasa sangat lembek. Kelenjar susu membengkak edematous. Pada sapi dara, kebengkakan kelenjar susu ini terjadi pada umur kebuntingan 4 sampai 5 bulan. Pada sapi pluripara (sudah sering kali beranak) kebengkaka kelenjar susu ini tidak terlihat, kecuali jika sudah dekat pada saat terjadinya kelahiran, yaitu 1 sampai 2 minggu. Pada sapi muda yang genetik mempunyai produksi susu tinggi, kebengkakan kelenjar susu karena edema ini dapat mencapai kebesaran yang dapat menggangu lokomosi hewan (Partodihardjo, 1992).
Pada waktu melangkah, kaki belakang menyenggol kelenjar susu yang membesar itu, dan ini dirasakan sakit. Hal ini menyebabkan hewan melangkahkan kaki secara kaku. Edema susu seringkali pula menjalar ke bawah kulit, sepanjnag garis median, dari kelenjar susu kea rah tulang xiphoid (ujung peleketan tulang dada). Kebengkakan di bawah lantai ruang perut ini cukup besar hingga mencaapi 10 cm pada daerah kelenjar susu dan sampai 15 cm pada daerah tulang xiphoid (Partodihardjo, 1992).
Pada kasus yang hebat endema ini dapat menjalar ke daerah di sekitar kelenjar susu, ke daerah perineum samapi ke vulva. Kelenjar susu sendiri mengalami perubahan dengan sekresinya. Pada sapi dara, jika sebelum kebengkakan kelenjar susu terlihat, sekresi kelenjar susu menghasilkan cairan kuning kental seperti madu, maka pada waktu dekat kelahiran kekentalan ini berubah menjadi sedikit cair. Susu yang dihasilakn ini disebut kolostrum. Warnanya kolostrum paad umumnya kekuning-kuningan, agak keruh. Pada sapi-sapi yang genetic mempunyai produksi susu tinggi, kebengkakan susu ni cukup besar dan produksi kolostrumnya cukup  tinggi hingga ada kolostrum yang bocor dan menetes keluar dari putting susu. Anjing-anjing yang berkeliraran di kandang sering memanfaatkan keadaan ini, menjilati susu yang masih kental, dan berserakan di lantai di bawah sapi betina. Kolostrum berbau amis, tersa lebih gurih dari susu biasa karena lebih banyak mengandung protein (Partodihardjo, 1992)
 Kecuali relaksasi daerah pelvis, edema vulva, edema kelenjar susu, edema daerah ventral dari perut, dam produksi kolostrum maka ada perubahan lain yang cukup baik untuk diketahui dan sekali-kali dapat digunakan sebagai Patokan untuk meramalkan akan datanganya kelahiran. Perubahan itu adalah lendir serviks dan proses pembukaan serviks. Lendir serviks pada kebuntingan tua, 8 samapi 9 bulan, berubah dari lebih kental sekali menjasdi agak cair. Lendir ini tidak lain adalah sumbat serviks. Pada saat menjelang kelahiran lendir yang kental berwaran kuning jernih ini mencair seperti madu meleleh dan volumenya menjadi banyak hingga sering dikelirukan dengan lendir sapi birahi (Partodihardjo, 1992).
Pada 3 sampai 4 hari menjelang partus lendir serviks menjadi lebih banyak volumenya dan lebih cair sifatnya. Jika dimasukkan jari ke dalam serviks maka teraba serviks sudah mulai terbuka. Dengan jari, allantois dapat disentuh. Pembukaan serviks dapat diikuti dengan jalan memasukkan jari ke dalam lumennya. Jika satu jari dapat masuk, seringkali diramalkan bahwa kelahiran masih kurang 3 hari, jika telah terbuka selebar 2 jari kelahiran diramalkan akan terjadi 1 sampai 2 hari kemudian, dan kalau telah terbuka selebar 3  jari, kelahiran dapat berlangsung beberapa jam sampai 1 hari kemudian. Tetapi perlu diingatkan kembali bahwa perubahan-perubahan biologik tidak selali konsekuen mengikuti perhitungan matematika (Partodihardjo, 1992).
Tanda-tanda akan datangnya kelahiran pada kuda hampir serupa dengan apa yang terlihat pada sapi. Ligament sacrispinosum et tuberosum sebenanya merelaks, tetapi relaksasi ini tidak terlihat dan sukar dirasakan karena urat daging kuda di daerah ini sangat tebal. Vulva tidak edemateus seperti pada sapi, tetapi menjadi lunak sebagai akibat relaksasi di daerah tersebut. Lendir pelicin seperti yang terlihat pada sapi, tidak berlebihan. Tetapi vagina cukup menjadi licin. Kelenjar susu, jika diperhatikan, akan memperlihatkan tanda-tanda adanya pembesaran. Pembesaran ini mulai dapat terlihat pada kebuntingan 7 atau 8 bulan. Beberapa minggu sebelum beranak pembesaran kelenjar susu pada kuda mulai jelas terlihat dan dua atau tiga hari sebelm kelahiran, kolostrum sudah mulai menetes. Tetapi ada juga kasus di mana kolostrum ini tidak sampai menetes. Tetapi ada juga kasus di mana kolostrum ini tidak sampai menetes. Beberapa jam sebelum beranak indukmkuda terlihat gelisah, tidak mau makan, berkeringat, memperlihatkan adanya rasa sakit di daerah perutnya, merebahkan diri, bangun dan sebagaimana sanpai fetus lahir (Partodihardjo, 1992).
            Menurut Hariyanto (2011), menyatakan bahwa induk sapi yang menghadapi saat-saat akan melahirkan memiliki kelaian tingkah laku dan mengalami perubahan fisik. Kelainan tingkah laku dan perubahan fisik ini mencerminkan gejala-gejala sebagai berikut :
1.    Ambing membesar, keras, dan kencang.
2.    Sapi nampak gelisah  karena kesakitan, maka induk sebentar- sebentar berdiri, kemudian berbaring kembali.
3.    Sebentar- sebentar sapi kencing.
4.    Kaki belakang sulit digerakkan dan posisi kedua kaki tersebut agak terbuka ke luar.
5.    Bibir kemaluan membesar.
6.    Tubuh tampak memanjang, sedangkan perut turun ke bawah.
7.    Jika putting dipijat. Pertama-tama keluar cairan berwarna seperti air kental, kemudian berubah menjadi susu biasa.
8.    Induk sapi gelisah, edema pada vulva, lendir yang menyumbat serviks mencair, kolostrum telah menjadi cair dan mudah dipencet keluar dari puting susu.
9.    Terjadi relaksasi pada bagian pelvis, terutama ligamentum sacrospinosum dan tuberosum. Relaksasi ini menyebabkan urat daging di atas pelvis mengendor. Jika diraba, urat daging di sebelah kiri dan kanan pangkal ekor terasa kendor dan lunak jika dibandingkan dengan perabaannya pada waktu kebuntingan masih berumur 6 atau 7 bulan. Bila urat daging yang menghubungkan pangkal ekor dengan tuber ischii ini telah sedemikian kendornya, maka dapat diramalkan bahwa kelahiran sudah tinggal 24-48 jam lagi.
10.    Relaksasi urat daging pangkal ekor ini sekali-sekali disertai dengan kenaikan pangkal ekor (agak menjadi tegak seperti pada waktu sapi sedang birahi/estrus).
11.    Vulva yang bengkak besarnya menjadi 2 sampai 4 kali daripada sebelumnya, dan jika dipegang terasa sangat lembek.
12.     Perubahan lain yang sangat menonjol menjelang kelahiran adalah lendir serviks dan pembukaan serviks. Lendir serviks pada kebuntingan tua, 8 sampai 9 bulan berubah dari kental sekali menjadi agak cair.
13.     Menjelang kelahiran, lendir yang kental berwarna kuning jernih mencair seperti madu meleleh dan volumenya menjadi banyak serta sifatnya lebih cair. Jika dimasukkan jari ke dalam serviks maka teraba serviks sudah mulai terbuka.
14.    Pembukaan serviks dapat diikuti dengan cara memasukkan jari ke dalam lumennya. Jika satu jari dapat masuk maka diramalkan bahwa kelahiran masih kurang 3 hari; jika terbuka selebar 2 jari maka kelahiran diramalkan akan terjadi 1-2 hari kemudian, dan jika terbuka selebar 3 jari, kelahiran dapat berlangsung beberapa jam sampai 1 hari kemudian.



2.3 Persiapan Menjelang Kelahiran
Umumnya waktu melahirkan sudah bisa diperhitungkan atau diperkirakan. Selain itu, sapi yang akan melahirkan juga akan menunjukkan sejumlah ciri tertentu. Tanda sapi akan melahirkan di antaranga ekornya naik (mengarak ke atas) dan bergoyang-goyang. Tanda lainnya, induknya buang air sedikit-sedikit serta ambing mulai membesar. Agar kelahiran pedet berjalan lancar terdapat sejumlah persiapan dan proses yang perlu diketahui (Ikapi, 1995).
Agar proses kelahiran sapi berjalan lancer serta anak dan induknya yang dilahirkan selamat dan sehat, ada beberapa persiapan yang harus dilakukan menjelang kelahiran. Penjabarannya adalah sebagai berikut (Hariyanto, 2011):
1.    Induk yang akan melahirkan sebaiknya beada dalam kandang yang higienis dan betrsih serta kondisi lingkungan nyaman dan tenang sehingga kelahiran dapat berjalan lancar. Kadang yang bersih dan higienis dapat menghindarkan induk dan anakan yang dilahirkan tekenal infeksi.
2.    Hindari suara atau aktivitas yang dapat mengejutkan indukan.
3.    Ukuran kandang sebaiknya mencukupi agar induk daapt bergerak dengan bebas saat melahitkan
Untuk menghadapi induk yang akan melahirkan, peternak perlu melakukan persiapan-persiapan antara lain (Ikapi, 1995) :
·      Mengupayakan kandang selalu dalam keadaan kering, bersih dan hangat.
·      Membuat ukuran ruangan kandang yang cukup longgar, supaya induk dapat bergerak lebih bebas. Maka pada saat-saat menjelang induk dapat itu melahirkan sebaiknya tidak diikat, tetapi dilepas saja.
·      Menjauhkan dari segala gangguan yang mengejutkan, baik yang bersifat fisik seperti benturan, dipukul, jatuh tergelincir, dan kemungkinan kena tanduk dari sesama sapi. Suara-suara gaduh, suara keras yang mengejutkan pun harus dihindarkan.
·      Memandikan atau membersihkan induk bunting dengan larutan pencuci hama yang sifatnya ringan untuk menghindari organisme penyebab scours yang sekiranya dapat mengancam keselamatan pedet.
Untuk dapat melakukan persiapan yang baik, peternak harus mengetahui  lamanya anak di dalam kandungan. Pada umumnya sapi mengalami kebuntingan rata-rata selama 285 hari. Akan tetapi lama kebuntingan ini bagi setiap sapi tidak lama atau lebih singkat, waktunya dapat maju atau mundur 10 hari, 1 minggu dan lain sebagainya. Kesemuanya ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain iklim, makanan, perawatan, dan bangsa sapi. Akan tetapi pengaruh yang paling  menonjol adalah masalah perawatan dan makanan. Oleh karena itu, untuk menentukan lama kebuntingan sapi secara tepat sungguh sangat sulit.namun bila dikehendaki, peternak dapat menggunakan pedoman sebagai berikut (Ikapi, 1995):
·      Satu tahun, dihitung semenjak masa perkawinan dikurangi tiga bulan, dan di tambah satu minggu. Dengan cara semacam ini tanggal kelahiran pedet dapat ditentukan, sehingga semua persiapan dapat dilakukan sesuai dengan jadwal. Dalam hal ini termasuk persiapan pemberian makanan khusus pada dua bulan yang terakhir.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kelahiran adalah proses fisiologik di mana uterus yang bunting mengeluarkan anak dan plasenta, melalui saluran kelahiran. Proses kelahiran ditunjang oleh perejanan kuat dari urat daging uterus, perut dan diafragma. Sebelum kelahiran itu terjadi telah dikenal beberapa tanda-tanda akan datangnya kelahiran.
Tanda sapi akan melahirkan di antaranya ekornya naik (mengarak ke atas) dan bergoyang-goyang. Tanda lainnya, induknya buang air sedikit-sedikit serta ambing mulai membesar. Agar kelahiran pedet berjalan lancar terdapat sejumlah persiapan dan proses yang perlu diketahui.
Agar proses kelahiran sapi berjalan lancar serta anak dan induknya yang dilahirkan selamat dan sehat, ada beberapa persiapan yang harus dilakukan menjelang kelahiran salah satunya adalah menciptakan kondisi dan suasana yang tenang, misalnya mengupayakan kandang selalu dalam keadaan kering, bersih dan hangat.
3.2  Saran
Sebaiknya dilakukan pembahasan yang lebih mendalam mengenai sebab-sebab mulainya dan tanda gejala persalinan atau kelahiran pada mamalia.









DAFTAR PUSTAKA

Adenia I, Piliang S, Roeshadi R.H., Tala M.R.Z. (1999). Kehamilan dan Persalinan Normal . Bagian Obstetri dan Ginekologi FK USU/RSUD dr.Pirngadi RSUP dr. Adam Malik. Medan
Hariyanto, Bagus. 2011. Buku Pintar Beternak Dan Bisnis Sapi Perah. Jakarta: Agromedia Pustaka
Ikapi.1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Ternak Beternak Sapi Ternak. Yogyakrta: Kanisus
Partodiharjo, Soebadi. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta Pusat: Mutiara Sumber Widya
Madjid O.A, Soekir S, Wiknjosastro G.H, dkk. 2007. Asuhan Persalinan Normal , ed.3. Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan Klinik
Valentina C. 2010. Persalinan Per Vaginam Pada Bekas SC . Jakarta : Exomed Indonesia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar