Sabtu, 30 Juni 2012

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI DI KEBUN RAYA PURWODADI


                                                   LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI

                                                         DI KEBUN RAYA PURWODADI








Disusun oleh :
Kelompok  III
1. Sulfiyah                                        (10620079)
2. Ikke Lutfi Mailina                          (10620080)
3. Lailatus Syafi’ah                           (10620089)
4. Baharuddin Rauf                          (10620090)
5. Exma Mu’tatal Hikmah                (10620098)
6. Fina Ni’matul Fitriani                    (10620100)
7. Siti Mali’ah                                    (10620107)      
8. Siti Kholifah                                  (10620108)


Asisten Pembimbing    :
NIM                              :






JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2012
PENGESAHAN

Laporan Kuliah Kerja Lapangan dengan praktikan :
1. Sulfiyah                                        (10620079)
2. Ikke Lutfi Mailina                          (10620080)
3. Lailatus Syafi’ah                           (10620089)
4. Baharuddin Rauf                          (10620090)
5. Exma Mu’tatal Hikmah                (10620098)
6. Fina Ni’matul Fitriani                    (10620100)
7. Siti Mali’ah                                    (10620107)      
8. Siti Kholifah                                  (10620108)

telah disahkan sebagai salah satu tugas Praktikum Mata Kuliah Taksonomi Tumbuhan pada Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang





                                                                                                Malang, 13 April 2012
Koordinator Kuliah Kerja Lapangan                                        Asisten Pembimbing





                                                                                                NIM.



















KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan praktikum Taksonomi Tumbuhan Tinggi ini dengan baik dan lancar.
Laporan ini disusun dengan mendapatkan arahan-arahan ataupun penjelasan dari pembimbing. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.   Bapak Drs, SulisetIjono, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Tinggi
2.   Ibu Ainun Nikmati Laily, M.Si selaku dosen pengampu sekaligus pembimbing praktikum Taksonomi Tumbuhan Tinggi
3.   Kakak-kakak asisten
4.   Rekan-rekan semua yang telah memberi dorongan semangat kepada kami
5.   Pihak-pihak lain yang tidak mungkin kami sebutkan satu-persatu yang juga telah ikut membantu kami atas arahan dan bimbingan yang bermanfaat hingga terwujudnya laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangannya serta masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan dalam penulisan laporan yang akan datang. Dan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin-min Ya Robbal’alamin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Malang, 13 April 2012


Kelompok III







 


DAFTAR ISI

                                                                                                           
HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
DAFTAR TABEL..................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. vii

BAB  I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A.    Latar Belakang....................................................................................... 1
B.    Tujuan.................................................................................................... 1
C.   Manfaat.................................................................................................. 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 3
A.    Sruktur Vegetasi Hutan Tropika Basah................................................. 3
B.    Iklim Daerah Tropik............................................................................... 5
C.   Kebun Raya dan Pelestarian Plasma Nutfah........................................ 6
D.   Pengelolaan Koleksi Herbarium............................................................ 9

BAB III. METODE PENELITIAN...............................................................................
A.    Waktu dan Tempat Penelitian..................................................................
B.    Alat dan Bahan ........................................................................................
C.   Cara Kerja................................................................................................

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................................
A.    Kebun Raya Purwodadi...........................................................................
B.    Hasil

BAB V . KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 148
A.    Kesimpulan........................................................................................ 148
B.    Saran.................................................................................................. 149

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 151
LAMPIRAN






DAFTAR GAMBAR










 ( Diospyros )                                      (Gmelina asiatica)



    














     (Mus
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menemukan berbagai macam pepohonan yang secara sengaja atau tidak sengaja kita lihat. Pepohonan tersebut adalah sesuatu yang tidak asing bagi kita. Walau pun demikian namun terkadang ada kalanya kita tidak mengetahui nama-nama dari pepohonan tersebut baik secara nama local atau nama ilmiahnya. Hal ini mungkin karena kita masih kurang peduli dengan hal tersebut.
Pepohonan tersebut tidak bukan hanya kita temukan di sekitar kita tidak jarang di antara kita sudah sering menggunakannya. namun karena kita tidak mengetahui nama atau sesuatu yang berkaitan dengan pohon tersebut, kita tidak mampu menggunakannya secara maksimal atau terkadang kita tidak pernah menggunakannya karena kita menganggap bahwa pohon tersebut tidak ada manfaatnya.
Oleh karena itu, di Kebun Raya Purwodadi  kita belajar tentang pohon-pohon yang termasuk Gymnospermae, tidak hanya unutk mengenal spesies-spesies dari berbagai family, mengetahui nama local atau pun nama ilmiahnya serta sistematika, morfologi dan manfaatnya. Kunjungan ini tidak terbatas pada pengidentifikasian pohon-pohon yang termasuk gymnospermae saja. Tetapi juga kita akan belajar tentang tata cara mengherbarium tanaman dengan benar.

B.   Tujuan
  1. Mengetahui tata cara pembuatan, penyimpanan, dan pendataan koleksi herbarium di Kebun Raya.
  2. Mengetahui keanekaragaman tumbuhan tingkat tinggi di Kebun Raya dan mengadakan pengamatan terhadap spesies untuk mengetahui ciri khusus/karakteristik dari masing-masing spesies.
C.   Manfaat
Manfaat dilaksanakan kuliah kerja lapangan ini untuk mengetahui macam-macam dari tumbuhan berbiji yang ada di kebun raya purwodadi, serta dapat mengklasifikasikan dari beberapa famili dengan berbagai macam spesies.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Sruktur Vegetasi Hutan Tropika Basah
Hutan basah terdapat di daerah tropika meliputi semenanjung Amerika Tengah, Amerika Selatan, Afrika, Madagaskar, Australia Bagian Utara, Indonesia dan Malaysia. Di hutan ini terdapat beraneka jenis tumbuhan yang dapat hidup karena mendapat sinar matahari dan curah hujan yang cukup.


Ciri-ciri bioma hutan basah antara lain :
  1. Curah hujan sangat tinggi, lebih dari 2.000 mm/tahun
  2. Pohon-pohon utama memiliki ketinggian antara 20 – 40 m.
  3. Cabang pohon berdaun lebat dan lebar serta selalu hijau sepanjang tahun
  4. Mendapat sinar matahari yang cukup, tetapi sinar matahari tersebut tidak mampu menembus dasar hutan.
  5. Mempunyai iklim mikro di lingkungan sekitar permukaan tanah/di bawah kanopi (daun pada pohon-pohon besar yang membentuk tudung)
6.    Di daerah tropis umumnya temperaturnya tinggi dan ketersediaan air merupakan faktor yang sangat penting. Berdasarkan dua faktor tersebut dilahirkan berbagai zonasi atau pengelompokan vegetasi dengan cara-cara yang berbeda.
Klasifikasi berdasarkan kedua hal tersebut dilakukan antara lain oleh :
- de Martone (1926)
- Koeppen (1936)
- Koeppen dan Trewartha (1943) dan
- Lauer (1952).
Klasifikasi menurut Koeppen (1936), Koeppen dan Trewartha (1943) merupakan klasifikasi yang paling banyak digunakan. Sistem ini didasarkan pada pengaruh iklim terhadap pertumbuhan vegetasi yang selanjutnya dikelompokkan dalam lima kelompok besar yaitu :

-Iklim   Hutan  Tropis  (A)
-Iklim   Tropis  Kering  (B)
-Iklim   Savana
-Iklim   Stepa
- Iklim Gurun

B. Iklim Daerah Tropik
Tropika adalah daerah di permukaan bumi, yang secara geografis berada di sekitar ekuator, yaitu yang dibatasi oleh dua garis lintang 23.5 derajat LS dan 23.5 derajat LU: Garis Balik Utara (GBU, Tropic of Cancer) di utara dan Garis Balik Selatan (GBS, Tropic of Capricorn) di selatan. Tropis adalah bentuk ajektivanya.
Area ini terletak di antara 23.5° LU dan 23.5° LS, dan mencakup seluruh bagian Bumi yang dalam setahun mengalami dua kali saat Matahari tepat berada di atas kepala (di utara GBU dan di selatan GBS Matahari tidak pernah mencapai ketinggian 90° atau tepat di atas kepala). Kata tropika berasal dari bahasa Yunani, tropos yang berarti "berputar", karena posisi Matahari yang berubah antara dua garis balik dalam periode yang disebut tahun.
Tumbuhan dan hewan tropis adalah spesies yang hidup di daerah tropis tersebut. Istilah tropis juga kadangkala digunakan untuk menyebut tempat yang hangat dan lembap sepanjang tahun, walaupun tempat itu tidak terletak di antara dua garis balik. Tumbuhan daerah tropis biasanya berdaun lebar dan hijau abadi (tidak menggugurkan daun), atau jika memiliki perilaku peluruh mereka tidak dipengaruhi oleh suhu atau durasi radiasi Matahari melainkan oleh ketersediaan air di tanah. Wilayah tropis di seluruh dunia dikenal dalam biogeografi sebagai wilayah pantropis ("seluruh tropis"), untuk dipertentangkan dengan wilayah per benua, seperti Amerika tropis, atau Asia tropis.
Tropis dapat didefinisikan sebagai daerah yang terletak di antara garis isoterm 20® C di sebelah bumi utara dan selatan atau daerah yang terdapat di antara 23½° lintang utara dan 23½° lintang selatan. Pada dasarnya wilayah yang termasuk iklim tropis dapat dibedakan menjadi daerah tropis kering yang meliputi padang pasir, stepa, dan savana kering dan daerah tropis lembap yang meliputi hutan tropis, daerah-daerah dengan angin musim dan savana lembap.
Daerah Tropis Kering Meliputi :
1. Padang pasir dan stepa 
Daerah-daerah di sekitar garis lintang 15 ° dan 30 ° utara dan selatan merupakan daerah-daerah yang termasuk tropis kering termasuk negara-negara sahara, Timur Tengah, Iran, Pakistan, Nambibia, dan pedalaman Australia. Keadaan lansekap yang berupa padang pasir dan setengah padang pasir menjadikan kondisi di daerah ini kering dan tandus, kurang vegetasi.

2. Daerah savana kering   
Daerah ini merupakan daerah peralihan dari tropika lembap ke tropika kering meliputi pegunungan Brasilia, Paraguay, Senegal, Sudan selatan, Zimbabwe, dan Tanzania. Ciri khusus lansekapnya berupa stepa semak belukar dan padang rumput, padang pasir sampai hutan rimba dengan rumput tinggi. Hutan berduri yang rendah dan semak berduri merupakan ekosistem yang ada di daerah ini. Terdapat tiga musim yaitu panas, dingin, dan hujan, dimana kondisi bulan terpanas, sangat panas dan lembap dan kondisi bulan terdingin panas dan kering.
3. Daerah pegunungan   
Daerah – daerah dataran tinggi dan pegunungan di atas 1500 m yang terletak di antara garis isoterm meliputi Etiophia, Peru, dan Nepal. Keadaan lansekapnya hijau dalam musim lembap dan coklat sampai merah dalam musim kering. Ciri vegetasi berupa pohon-pohon hijau yang tidak terlalu tinggi dan terdapat berbagai jenis rumput. 
Daerah tropis lembap meliputi :
a. Daerah musim dan savana lembap  
Termasuk daerah ini adalah wilayah massa daratan yang besar di sekitar garis balik meliputi India, Asia Tenggara, dan Amerika Selatan. Lansekapnya berupa daerah hutan dan belukar yang selalu hijau dengan curah hujan tinggi yang menyebabkan erosi. Terdapat tiga musim yaitu panas-kering, panas-lembap, dan dingin-kering. Langit biru selama musim kering dan awan hujan tebal        selama musim            hujan.
b. Daerah hutan hujan tropis 
Daerah hutan hujan tropis berada di sekitar garis khatulistiwa sampai 15° lintang utara dan selatan. Daerah ini meliputi lembap sungai Amazon, Afrika tengah, Malaysia, dan Indonesia. Kondisi lansekap berupa daerah hutan hujan di sekitar pantai dan di daratan rendah khatulistiwa. Daerah ini memiliki vegetasi yang lebat dan bervariasi berupa lumut, ganggang, jamur, semak-belukar yang tak dapat ditembus, pohon-pohon tinggi (hutan, rimba, hutan bakau).
Kondisi tanah sangat lembap, muka air tanah yang tinggi (kadang mencapai permukaan) dan merupakan tanah laterit merah dan coklat. Perbedaan musim sangat kecil di mana bulan terpanas, panas dan lembap sampai basah, sedangkan bulan terdingin panas sedang dan lembap sampai basah.(http://id.shvoong.com).

Indonesia mempunyai karakteristik khusus, baik dilihat dari posisi, maupun keberadaanya, sehingga mempunyai karakteristik iklim yang spesifik. Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropica (iklim panas), dan iklim laut.
1.Iklim Musim (Iklim Muson).

Iklim jenis ini sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan. Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan Angin musim timur laut (Muson Tumur). Angin muson barat bertiup sekitar bulan Oktober hingga April yang basah sehingga membawa musim hujan/penghujan. Angin muson timur bertiup sekitar bulan April hingga bulan Oktober yang sifatnya kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim kering/kemarau.
2.  Iklim Tropis/Tropika (Iklim Panas).
Wilayah yang berada di sekitar garis khatulistiwa otomatis akan mengalami iklim tropis yang bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Umumnya wilayah Asia tenggara memiliki iklim tropis, sedangkan negara Eropa dan Amerika Utara mengalami iklim subtropis. Iklim tropis bersifat panas sehingga wilayah Indonesia panas yang mengundang banyak curah hujan atau Hujan Naik Tropika.

3.  Iklim Laut
Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut mengakibatkan penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang tinggi. 
Edvin Aldrian (2003), membagi Indonesia terbagi menjadi 3 (tiga) daerah iklim, yaitu daerah Selatan A, daerah Utara – Barat B dan daerah Moluccan C, sebagai mana dituangkan pada gambar 1.

tiga-daerah-iklim
Gambar 1 : Tiga daerah iklim menggunakan metoda korelasi ganda, yang membagi Indonesia menjadi daerah A (garis tegas), daerah monsun selatan; daerah B (titik garis putus-putus), daerah semi-monsun; dan daerah C (garis putus-putus), daerah anti monsun.

Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang dilintasi oleh garis Khatulistiwa, sehingga dalam setahun matahari melintasi ekuator sebanyak dua kali. Matahari tepat berada di ekuator setiap tanggal 23 Maret dan 22 September. Sekitar April-September, matahari berada di utara ekuator dan pada Oktober-Maret matahari berada di selatan. Pergeseran posisi matahari setiap tahunnya menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada saat matahari berada di utara ekuator, sebagian wilayah Indonesia mengalami musim kemarau, sedangkan saat matahari ada di selatan, sebagaian besar wilayah Indonesia mengalami musim penghujan.
Unsur iklim yang sering dan menarik untuk dikaji di Indonesia adalah curah hujan, karena tidak semua wilayah Indonesia mempunyai pola hujan yang sama. Diantaranya ada yang mempunyai pola munsonal, ekuatorial dan lokal. Pola hujan tersebut dapat diuraikan berdasarkan pola masing-masing. Distribusi hujan bulanan dengan pola monsun adalah adanya satu kali hujan minimum. Hujan minimum terjadi saat monsun timur sedangkan saat monsun barat terjadi hujan yang berlimpah. Monsun timur terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus yaitu saat matahari berada di garis balik utara. Oleh karena matahari berada di garis balik utara maka udara di atas benua Asia mengalami pemanasan yang intensif sehingga Asia mengalami tekanan rendah. Berkebalikan dengan kondisi tersebut di belahan selatan tidak mengalami pemanasan intensif sehingga udara di atas benua Australia mengalami tekanan tinggi. Akibat perbedaan tekanan di kedua benua tersebut maka angin bertiup dari tekanan tinggi (Australia) ke tekanan rendah (Asia) yaitu udara bergerak di atas laut yang jaraknya pendek sehingga uap air yang dibawanyapun sedikit.
Dapat diamati bahwa hujan maksimum terjadi antara bulan Desember, Januari dan Februari. Pada kondisi ini matahari berada di garis balik selatan sehingga udara di atas Australia mengalami tekanan rendah sedangkan di Asia mengalami tekanan tinggi. Akibat dari hal ini udara bergerak di atas laut dengan jarak yang cukup jauh sehingga arus udara mampu membawa uap air yang banyak (monsun barat atau barat laut). Akibat dari hal ini wilayah yang dilalui oleh munson barat akan mengalami hujan yang tinggi. Atas dasar sebab terjadinya angin munson barat ataupun timur yang mempengaruhi terbentuknya pola hujan munsonal di beberapa wilayah Indonesia dapat dikatakan wilayah yang terkena relatif tetap selama posisi pergeseran semu matahari juga tetap. Namun, perubahan diperkirakan akan terjadi terhadap jumlah, intensitas dan durasi hujannya. Untuk mempelajari hal ini diperlukan data curah hujan dalam seri yang panjang. Kaimuddin (2000) dengan analisa spasial bahwa curah hujan rata-rata tahunan kebanyakan di daerah selatan adalah berkurang atau menurun sedangkan dibagian Utara adalah bertambah.

Iklim di Indonesia telah menjadi lebih hangat selama abad 20. Suhu rata-rata tahunan telah meningkat sekiitar 0,3 oC sejak 1900 dengan suhu tahun 1990an merupakan dekade terhangat dalam abad ini dan tahun 1998 merupakan tahun terhangat, hampir 1oC di atas rata-rata tahun 1961-1990. Peningkatan kehangatan ini terjadi dalam semua musim di tahun itu. Curah hujan tahunan telah turun sebesar 2 hingga 3 persen di wilayah Indonesia di abad ini dengan pengurangan tertinggi terjadi selama perioda Desember- Febuari, yang merupakan musim terbasah dalam setahun. Curah hujan di beberapa bagian di Indonesia dipengaruhi kuat oleh kejadian El Nino dan kekeringan umumnya telah terjadi selama kejadian El Nino terakhir dalam tahun 1082/1983, 1986/1987 dan 1997/1998.
C. Kebun Raya dan Pelestarian Plasma Nutfah
 Pengertian Plasma Nutfah
            Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam setiap makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau ditarik untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. Termasuk dalam kelompok ini adalah semua kultivar unggul masa kini atau masa lampau, kultivar primitif, jenis yang sudah dimanfaatkan tapi belum dibudidayakan, jenis liar kerabat jenis budidaya dan jenis-jenis budidaya.
  Luas Area Dan Keragaman Plasma Nutfah
            Indonesia termasuk wilayah propinsi botani Malaysia yang keseluruhannya meliputi semenanjung Malya, kepulauan Philipina, Indonesia dan Papua Nugini tanpa pulau-pulau Colomon, luasnya  mencapai 3.000.000 km2, meliputi sepertujuh panjang katulistiwa, kebanyakan daerahnya lembab. Secara biologi daerah propinsi ini termasuk kaya karena diduga dihuni oleh  35.000 jenis tumbuhan atau sekitar 10% dari seluruh jenis tumbuhan yang hidup di dunia saat sekarang. Kekayaan di daerah ini dapat dibuktikan dengan membandingkan antara pulau Jawa dan Inggris raya yang luasnya 4 x Pulau Jawa hanya dihui oleh 1.500 tumbuhan.
            Di Indonesia tempat tumbuh plasma nutfah nabati sebagian besar merupakan hutan tropik, sehingga kaya akan suku dari tumbuh-tumbuhan yang khas tropik seperti Dipterocarpaceae, Sapotaceae, Ebenaceae, Myristicaceae, Meliaceae, Zingiberaceae, Palmae, Moraceae, Rhizopphoraceae, Padananceae dan lain-lain. Di daerah-daerah pegunungan terdapat suku-suku yang mirip suku yang ada pada belahan bumi utara seperti Fagaceae, Rosaceae, Lauraceae, Theaceae dan lain-lain.
Di kawasan Indonesia juga dapat tumbuh dengan subur jenis-jenis tumbuhan, epifit, bambu dan benalu, Rafflesia, cendana, ficus dan lain-lain. Dasar pengetahuan botani atau untuk dapat dikenal secara botani, daerah seluas 100 km2 diperlukan koleksi herbarium sebanyak 100 nomor. Di Propinsi Malaesia sudah terkumpul  1.000.000 nomor koleksi. Ini berarti bahwa untuk dapat dikatakan kekayaan yang ada dapat  dikenal secara sempurna masih diperlukan 2.000.000 nomor koleksi lagi, dan koleksi ini kebanyakan bersifat koleksi botani, maksudnya untuk tanaman-tanaman budidaya dan kultivar-kultivarnya masih belum ditangani.
C. Bentuk Wadah Dan Macam Plasma Nutfah
            Wadah plasma nutfah secara alami berupa ekosistem, dari jenis yang liar dapat berupa hutan, savana, semak, padang rumput, semi padang pasir dan sebagainya.
            Macam plasma nutfah, selain berupa jenis tumbuhan liar juga varietas primitif, varietas pembawa sumber sifat yang khusus, varietas unggul yang sudah kuno dan varietas unggul masa kini.
1. Jenis liar atas dasar sejarah pembudidayaan dan penggunaan potensinya dapat digolong-kan menjadi tiga kelompok yaitu :
- Jenis-jenis yang mungkin mempunyai nilai ekonomi, tetapi sama sekali belum mem-budidayakan atau dipetik hasilnya.
- Jenis-jenis yang sudah dipetik dan dimanfaatkan hasilnya tetapi belum atau tidak di-budidayakan.
- Jenis-jenis yang tidak dipetik hasilnya, akan tetapi setelah mengalami atau melalui hi-bridisasi baru kemudian dibudidayakan dan dimanfaatkan.
2. Varietas primitif
            Semua jenis yang dibudidayakan secara langsung atau tidak berasal dari liar. Varietas primitif adalah kultivar yang pembudidayaannya masih sederhana, belum mengalami pemuliaan. Tumbuhannya yang termasuk kelompok ini biasanya di daerah tumbuhnya mempunyai daya daptasi yang lebih baik, lebih tahan terhadap tekanan lingkungan yang bersifat fisik maupun biologi.
Hal ini dimungkinkan karena sudah ada seleksi gen secara alamiah yang tahan terhadap dingin, panas, hama ataupun penyakit di daerah tumbuh.
3. Varietas sumber sifat yang khusus
            Kultivar yang mempunyai kelebihan dalam sifat-sifat tertentu, misalnya kepekaannya terhadap pemupukan. Sinar ketahanan terhadap hama atau penyakit tertentu atau sifat khusus yang lain seperti produksi.
4. Varietas unggul
            Karena kemajuan di bidang pemuliaan, varietas unggul dapat diciptakan dengan merakit sifat-sifat yang baik dari beberapa sumber plasma nutfah.
Semakin besar sifat keanekaragaman yang dimilikinya, akan semakin bebas pemulia untuk merakit sifat-sifat yang  baik. Dengan silih bergantinya zaman, varietas unggul tidak dapat langgeng bertahan dipakai oleh petani. Memang pada saat tertentu atau pada kondisi yang memadai varietas unggul mampu mengatasi atau melebihi hasil varietas lain, akan tetapi pada kondisi yang lain untuk lingkungan yang kurang menguntungkan misalnya munculnya kembali penyakit atau hama di daerah penanamannya dapat memukul parah bahkan mengakibatkan fatal.
Hal ini dapat disadari sebagai akibat kehogenan sifat gennya yang tinggi, varietas unggul peka terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan. Dengan pergantian varietas unggul-unggul dari masa ke masa, maka dikenal varietas unggul masa kini dan varietas unggul masa lampau atau yang sudah kuno.
  Permasalahan Kelestarian Plasma Nutfah Nabati
            Sebagai salah satu sumber daya alam, pengelolaan pemanfaatan plasma nutfah sekarang ini dirasakan kurang sempurna yaitu banyak mengalami erosi yang menyebabkan berkurangnya dan hilangnya jenis-jenis tertentu.
            Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya erosi plasma nutfah nabati antara lain adalah :
1. Timbulnya peledakan penduduk yang sangat besar, yang menyebabkan perlunya perluas-an daerah permukiman di daerah-daerah pertanian yang mengakibatkan terjadinya penggusuran tempat tumbuh plasma nutfah.
2. Terjadinya eksploitasi hutan yang kebanyakan dilakukan dengan tidak memperhatikan kelestarian plasma nutfah yang dikandungnya, sehingga banyak jenis-jenis pohon yang mengalami erosi genetika seperti kayu olin, cendana, sawo, kecik. Di samping itu eksploitasi hutan juga berakibat merusak habitat hewan dan tumbuhan lain seperti jenis-jenis anggrek, paku-pakuan, rotan dan tanaman perdu yang lain.
3. Timbulnya tehnologi modern yang sering mengakibatkan terdesaknya bahan alam oleh bahan sintesis, sehingga membahayakan kelestarian plasma nutfah tertentu seperti tarum dan golongan serat-seratan.
4. Penggunaan tumbuhan untuk keperluan industri yang sering dilakukan secara besar-besaran tanpa memperhatikan peremajaan, misalnya golongan temu-temuan, kedawung, rotan, tengkawan.
            Semua kegiatan di atas adalah merupakan beberapa contoh yang dapat menyebabkan terjadinya erosi plasma nutfah nabati, sehingga apabila proses tersebut terus berlangsung tanpa adanya usaha untuk mengatasinya, akan kehilangan beberapa jeis-jenis tertentu yang berarti juga kehilangan sebagian sumbernya alam.
            Sebagai akibat terjadinya erosi genetika mengakibatkan timbulnya kelangkaan pada jenis-jenis tertentu, untuk mengetahui tingkat kelangkaan dari suatu jenis plasma nutfah nabati, dikenal ada 5 macam katagori yaitu :
1. Extinct (punah) adalah sebutan yang diberikan pada tumbuhan yang telah musnah atau hilang sama sekali dari permukiman bumi.
2. Endangeret (genting) adalah sebutan untuk jenis yang sudah terancam kepunahan dan tidak akan dapat bertahan tanpa perlindungan yang ketat untuk menyelamatkan kelangsungan hidupnya. Contoh : Rafflesia arnoldii dan purwoceng (Pimpinella pruatjan).
3. Vulnerable (rawan) katagori ini untuk jenis yang tidak segera terancam kepunahan tetapi terdapa dalam jumlah yang sedikit dan eksploitasinya terus berjalan sehingga perlu dilindungi contohnya adalah : cendana (Satalum album) kayubesi (Eusideroxylon ewageri) dan ki koneng (Arcangelisis flava).
4. Rare (jarang) sebutan untuk jenis yang populasinya besar tetapi terbesar secara lokal atau daerah penyebarannya luas tapi tidak sering dijumpai, serta mengalami erosi yang berat. Contohnya : sawo kecik (Munilkara kauki), kedawung (Parkia roxburghii) dan pulai pandak (Rauvolfia serpentina).
5. Indeterminate (terkikis) sebutan untuk jenis yang jelas mengalami proses pelangkaan tetapi informasi keadaan sebenarnya belum mencukupi, sebagian besar jenis-jenis plasma nutfah nabati yang langka termasuk katagori ini.
  Metode Pelestarian Plasma Nutfah Nabati
            Dalam penggunan sumber daya genetika, eksplorasi dan pelestarian adalah merupa-kan kegiatan pokok yang dwitunggal di dalam penyelamatan plasma nutfah. Eksplorasi menyelamatkan sumber daya yang ada di lapangan, pelestarian menyelamatkan koleksi yang baru dan yang sudah ada. Apabila dalam eksplorasi diperlukan mekanisme kegiatan yang terarah di lapangan yang seluas mungkin, sedangkan yang diperlukan dalam pelestarian adalah keefektifan organisasinya. Dalam kegiatan mengadakan eksplorasi, pengumpulan, evaluasi dan pelestarian plasma nutfah tersebut dimaksudkan untuk mencadangkan setiap nama koleksi yang juga dapat digunakan dalam mencari dan menciptakan bibit unggul baru melalui seleksi atau persilangan-pesilangan.
            Strategi pelestaria plasma nutfah nabati dapat berciri :
1. Genotin tunggal atau populasi.
2. Tumbuhan hidup, biji, tepung sari, biakan jaringan atau meristem.
3. Satu, beberapa atau banyak jenis ekonomi.
4. Bersifat nasional, regional atau internasional.
5. Dalam bentuk koleksi dasar (base collection) atau koleksi aktif.
            Dalam pelaksanaan strategi pelestarian biasanya timbul permasalahan-permasalahan sebagai akibat adanya faktor-faktor pembatas antara lain meliputi :
1. Masalah biasa yang menyangkut keuangan.
2. Hama dan penyakit.
3. Kemungkinan akan kehilangan kesempurnaan genetik.
4. Daur peremajaan.
5. Keterbatasan tenaga dan tehnik.
Sehingga untuk mencapai keberhasilan dalam pelestarian, dalam pelaksanaannya harus selalu diikuti dengan pemecahan masalah-masalah yang timbul.
            Metode pelestarian plasma nutfah nabati ada 2 bentuk yaitu yang disebut pelestarian IN SITU dan EX SITU.
1. Pelestarian in situ
            Cara pelestarian ini adalah melestarikan plasma nutfah di dalam komunitasnya, di dalam biotanya. Cara pelestarian ini pada umumnya cocok untuk jenis-jenis liar, sebab untuk pelestarian jenis liar sering timbul adanya kesukaran-kesukaran yang disebabkan :
- Faktor adaptasi terhadap daerah dan iklim yang baru.
- Faktor hama dan penyakit.
- Ukuran perawakan dan daur hidupnya.
Pelestarian secara in situ yang umum dilakukan adalah dengan cagar alam atau daerah lindung.
Pengawasan plasma nutfah di daerah lindung harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.
Pelestarian secara in situ dilaksanakan dalam hutan, semak, savana, stepa atau biota yang lain, jadi cara pelestarian ini dalam bentuk koleksi tumbuhan hidup. Sehubungan dengan tujuan pelestarian plasma nutfah yang ada, maka pengelolaan hutan seharusnya : keseimbangan ekosistem dijaga sestabil mungkin guna melindungi plasma nutfah yang belum diusahakan.
2. Pelestaria ex situ
            Pelaksanaan cara pelestarian ini adalah dengan mengeluarkan plasma nutfah dari wadahnya, ekosistemnya atau biotanya, dan cara ini akan dapat dianggap berhasil baik dan murah apabila yang dilestarikan dapat ditekan sampai tingkat yang minimal.
Ada beberapa bentuk dalam pelestarian secara ex situ :
- Koleksi tumbuhan hidup
Cara ini dapat dilakukan pada kebun raya, Arboreta, kebun buah-buahan, kebun tanaman luar (introduksi), stasiun/kebun pemuliaan dan kebun-kebun yang lain.
- Bentuk penyimpanan biji
Pelestarian dalam bentuk penyimpanan biji harus diperhatikan jenis biji yang akan disimpan, sebab atas dasar sifatnya ada 2 kelompok jenis biji yaitu :
a. Jenis yang orthodog yaitu jenis biji yang bereaksi positif terhadap pengeringan dan pendinginan atau juga disebut mempunyai kepekaan positif terhadap suhu rendah, pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
- penurunan kadar air sampai 5%
- suhu penyimpanan 10C, atau lebih baik 0sampai 20C
- disimpan di tempat yang gelap, tidak terjadi pertukaran uap air, gas dan kelembaban udara kurang dari 70%, tempat penyimpanan dapat berupa kaleng, gelas atau kantong aluminium.
- tekanan O2 dijaga serendah mungkin dan CO2 setinggi mungkin
b. Jenis yang rekalasitranya itu jenis biji yang bereaksi negatif terhadap pengeringan dan mungkin juga dengan pendinginan. Jenis ini banyak terdapat pada pertumbuhan tropis yang tumbuh di hutan atau daerah basah. Contoh : Cola, Artocarpus, Coffea, Theobroma, Havea dan macam-macam palmae, cara penyimpanan setiap jenis mempunyai persyaratan yang berbeda dengan jenis yang lain. Sehingga perlu penelitian yang lebih intensif.
- Bentuk penyimpanan tepung sari
Seperti penyimpanan kebanyakan biji, dalam penyimpanan tepung sari, daya hidupnya akan lebih panjang apabila diperlukan penurunan suhu penyimpanan, kadar air dan tekanan O. Yang masih sulit dijumpai adalah untuk penyimpanan dari jenis Gramineae, Alismataceae dan Cyperaceae.
- Bentuk penyimpanan persediaan meristem dan jaringan
Dalam bentuk penyimpanan ini daya berkembangnya ditekan sekecil mungkin atau dihilangkan sama sekali tetapi daya hidupnya dipertahankan sebaik mungkin.
Keuntungan dari cara ini adalah :
- Ruang yang diperlukan relatif sempit.
- Pemeliharaan murah dan sederhana.
- Tidak ada erodi genetika.
- Potensi perbanyakan tinggi.
- Yang bebas dari pathogen dapat dipelihara dan diperbanyak.
Kesulitannya adalah :
- Tidak semua jenis dapat dilakukan dengan cara ini.
- Regenerasi tumbuhan dari jaringan tidak selalu berhasil.
- Potensi perkembangan bentuk dapat hilang pada jangka penyimpanan tertentu.
Penyimpanan pada suhu rendah dimungkinkan lebih berhasil (suhu nitrogen cair -196C). Pelestarian plasma nutfah yang tidak dalam bentuk tanaman hidup, akan selalu disertai satu contoh herbarium yang sering disebut voecher atau herbarium acuan. Herbarium tersebut diperlukan sebagai jalan untuk mendeterminasi contoh yang dikumpulkan untuk keperluan penelitian.
   Pelestarian Plasma Nutfah
Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri. Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus dilestarikan dan dikembangkan bersama untuk mempertahankan keanekaragaman hayati (Buku I Repelita V hal. 429). Hutan kota dapat dijadikan sebagai tempat koleksi keanekaragaman hayati yang tersebar di seluruh wilayah tanah air kita. Kawasan hutan kota dapat dipandang sebagai areal pelestarian di luar kawasan konservasi, karena pada areal ini dapat dilestarikan flora dan fauna secara exsitu. Salah satu tanaman yang langka adalah nam-nam (Cynometra cauliflora).
 Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara
Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan kota, partikel padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan. Dengan adanya mekanisme ini jumlah debu yang melayang-layang di udara akan menurun. Partikel yang melayang-layang di permukaan bumi sebagian akan terjerap (menempel) pada permukaan daun, khususnya daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting.
Daun yang berbulu dan berlekuk seperti halnya daun Bunga Matahari dan Kersen mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menjerap partikel dari pada daun yang mempunyai permukaan yang halus (Wedding dkk. dalam Smith, 1981).
Manfaat dari adanya tajuk hutan kota ini adalah menjadikan udara yang lebih bersih dan sehat, jika dibandingkan dengan kondisi udara pada kondisi tanpa tajuk dari hutan kota.
   Penyerap dan Penjerap Partikel Timbal
Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di daerah perkotaan (Goldmisth dan Hexter, 1967). diperkirakan sekitar 60-70% dari partikel timbal di udara perkotaan berasal dari kendaraan bermotor (Krishnayya dan Bedi, 1986).
Dahlan (1989); Fakuara, Dahlan, Husin, Ekarelawan, Danur, Pringgodigdo dan Sigit (1990) menyatakan damar (Agathis alba), mahoni (Swietenia macrophylla), jamuju (Podocarpus imbricatus) dan pala (Mirystica fragrans), asam landi (Pithecelobiumdulce), johar (Cassia siamea), mempunyai kemampuan yang sedang tinggi dalam menurunkan kandungan timbal dari udara. Untuk beberapa tanaman berikut ini : glodogan (Polyalthea longifolia) keben (Barringtonia asiatica) dan tanjung (Mimusops elengi), walaupun kemampuan serapannya terhadap timbal rendah, namun tanaman tersebut tidak peka terhadap pencemar udara. Sedangkan untuk tanaman daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea) dan kesumba (Bixa orellana) mempunyai kemampuan yang sangat rendah dan sangat tidak tahan terhadap pencemar yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor.
 Penyerap dan Penjerap Debu Semen
Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya.
Studi ketahanan dan kemampuan dari 11 jenis akan yaitu : mahoni (Swietenia macrophylla), bisbul (Diospyrosdiscolor), tanjung (Mimusops elengi), kenari (Canarium commune), meranti merah (Shorealeprosula), kere payung (Filicium decipiens), kayu hitam (Diospyros clebica), duwet (Eugenia cuminii), medang lilin (Litsea roxburghii) dan sempur (Dillenia ovata) telah diteliti oleh Irawati tahun 1990. Hasil penelitian ini menunjukkan, tanaman yang baik untuk dipergunakan dalam program pengembangan hutan kota di kawasan pabrik semen, karena memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pencemaran debu semen dan kemampuan yang tinggi dalam menjerap (adsorpsi) dan menyerap (absorpsi) debu semen adalah mahoni, bisbul, tanjung, kenari, meranti merah, kere payung dan kayu hitam. Sedangkan duwet, medang lilin dan sempur kurang baik digunakan sebagai tanaman untuk penghijauan di kawasan industri pabrik semen. Ketiga jenis tanaman ini selain agak peka terhadap debu semen, juga mempunyai kemampuan yang rendah dalam menjerap dan menyerap partikel semen (Irawati, 1990).
  Peredam Kebisingan
Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang (Grey dan Deneke, 1978).
dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari kebisingan yang
sumbernya berasal dari bawah. Menurut Grey dan Deneke (1978), dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95%.

  Mengurangi Bahaya Hujan Asam
Menurut Smith (1985), pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses gutasi akan memberikan beberapa unsur diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan bahan organik seperti glumatin dan gula (Smith, 1981).
Menurut Henderson et al., (1977) bahan an-organik yang diturunkan ke lantai hutan dari tajuk melalui proses troughfall dengan urutan K>Ca> Mg>Na baik untuk tajuk dari tegakan daun lebar maupun dari daun jarum.
Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila tiba di permukaan daun akan mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti H2SO4 akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO4 yang bersifat netral. Dengan demikian pH air dari pada pH air hujan asam itu sendiri. Dengan demikian adanya proses intersepsi dan gutasi oleh permukaan daun akan sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan menjadi tidak begitu berbahaya lagi bagi lingkungan. Hasil penelitian dari Hoffman et al. (1980) menunjukkan bahwa pH air hujan yang telah melewati tajuk pohon lebih tinggi, jika dibandingkan dengan pH air hujan yang tidak melewati tajuk pohon.
 Penyerap Karbon-monoksida
Bidwell dan Fraser dalam Smith (1981) mengemukakan, kacang merah (Phaseolus vulgaris) dapat menyerap gas ini sebesar 12-120 kg/km2/hari.
Mikro organisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik dalam menyerap gas ini (Bennet dan Hill, 1975). Inman dan kawan-kawan dalam Smith (1981) mengemukakan, tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap gas ini dari udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8 x 104 ug/m3) menjadi hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja.
   Penyerap Karbon-dioksida dan Penghasil Oksigen
Hutan merupakan penyerap gas CO2 yang cukup penting, selain dari fito-plankton, ganggang dan rumput laut di samudra. Dengan berkurangnya kemampuan hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat menurunnya luasan hutan akibat perladangan, pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun hutan kota untuk membantu mengatasi penurunan fungsi hutan tersebut.
Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik hutan kota, hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO2 dan air menjadi karbohidrat dan oksigen. Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat bagi manusia, karena dapat menyerap gas yang bila konsentrasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses ini menghasilkan gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan.
Widyastama (1991) mengemukakan, tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO2 dan penghasil oksigen adalah : damar (Agathis alba), daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), lamtoro gung (Leucaena leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis) dan beringin (ficus benyamina).
  Penyerap dan Penapis Bau
Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat digunakan untuk mengurangi bau. Tanaman dapat menyerap bau secara langsung, atau tanaman akan menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber bau (Grey dan Deneke, 1978). Akan lebih baik lagi hasilnya, jika tanaman yang ditanam dapat mengeluarkan bau harum yang dapat menetralisir bau busuk dan menggantinya dengan bau harum. Tanaman yang dapat menghasilkan bau harum antara lain : Cempaka (Michelia champaka) dan tanjung (Mimusops elengi).
  Mengatasi Penggenangan
Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis tanaman yang mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi. Jenis tanaman yang memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun yang banyak, sehingga mempunyai stomata (mulut daun) yang banyak pula.
Menurut Manan (1976) tanaman penguap yang sedang tinggi diantaranya adalah : nangka (Artocarpus integra), albizia (Paraserianthes falcataria), Acacia vilosa, Indigofera galegoides, Dalbergia spp., mahoni (Swietenia spp), jati (Tectona grandis), kihujan (Samanea saman) dan lamtoro (Leucanea glauca).
   Mengatasi Intrusi Air Laut
Kota-kota yang terletak di tepi pantai seperti DKI Jakarta pada beberapa tahun terakhir ini dihantui oleh intrusi air laut.
Pemilihan jenis tanaman dalam pembangunan hutan kota pada kota yang mempunyai masalah intrusi air laut harus betul-betul diperhatikan karena:
  1. Penanaman dengan tanaman yang kurang tahan terhadap kandungan garam yang sedang-agak tinggi akan mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik, bahkan mungkin akan mengalami kematian.
  2. Penanaman dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang tinggi akan menguras air dari dalam tanah, sehingga konsentrasi garam adalah tanah akan meningkat. Dengan demikian penghijauan bukan lagi memecahkan masalah intrusi air asin, malah sebaliknya akan memperburuk keadaannya.
Upaya untuk mengatasi masalah ini sama dengan upaya untuk meningkatkan kandungan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan air dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah.
  Produksi Terbatas
Hutan kota berfungsi in-tangible juga tangible. Sebagai contoh, pohon mahoni di Sukabumi sebanyak 490 pohon telah dilelang dengan harga Rp. 74 juta (Pikiran Rakyat, 18-3-1991). Penanaman dengan tanaman yang menghasilkan biji atau buah yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan warga masyarakat dapat meningkatkan taraf gizi/kesehatan dan penghasilan masyarakat. Buah kenari untuk kerajinan tangan. Bunga tanjung diambil bunganya. Buah sawo, kawista, pala, lengkeng, duku, asem, menteng dan lain-lain dapat dimanfaatkan oleh masyarakat guna meningkatkan gizi dan kesehatan warga kota.
  Ameliorasi Iklim
Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan adalah berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu udara di perkotaan.
Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan layang, papan reklame, menara, antene pemancar radio, televisi dan lain-lain. sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi (Grey dan Deneke, 1978 dan Robinette, 1983).
Robinette (1983) lebih jauh menjelaskan, jumlah pantulan radiasi surya suatu hutan sangat dipengaruhi oleh : panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi jatuhnya sinar surya, keadaan cuaca dan posisi lintang.
Suhu udara pada daerah berhutan lebih nyaman dari pada daerah tidak ditumbuhi oleh tanaman. Wenda (1991) telah melakukan pengukuran suhu dan kelembaban udara pada lahan yang bervegetasi dengan berbagai kerapatan, tinggi dan luasan dari hutan kota di Bogor yang dibandingkan dengan lahan pemukiman yang didominasi oleh tembok dan jalan aspal, diperoleh hasil bahwa:
  1. Pada areal bervegetasi suhu hanya berkisar 25,5-31,0° C dengan kelembaban 66-92%.
  2. Pada areal yang kurang bervegetasi dan didominasi oleh tembok dan jalan aspal suhu yang terjadi 27,7-33,1° C dengan kelembaban 62-78%.
  3. Areal padang rumput mempunyai suhu 27,3-32,1° C dengan kelembaban 62-78%.
Koto (1991) juga telah melakukan penelitian di beberapa tipe vegetasi di sekitar Gedung Manggala Wanabakti. Dari penelitian ini dapat dinyatakan, hutan memiliki suhu udara yang paling rendah, jika dibandingkan dengan suhu udara di taman parkir, padang rumput dan beton.
  Pengelolaan Sampah
Hutan kota dapat diarahkan untuk pengelolaan sampah dalam hal : (1) sebagai penyekat bau (2) sebagai penyerap bau (3) sebagai pelindung tanah hasil bentukan dekomposisi dari sampah (4) sebagai penyerap zat yang berbahaya yang mungkin terkandung dalam sampah seperti logam berat, pestisida serta bahan beracun dan berbahaya lainnya.
  Pelestarian Air Tanah
Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis dengan kemampuan menyerap air yang besar (Bernatzky, 1978). Maka kadar air tanah hutan akan meningkat.
Pada daerah hulu yang berfungsi sebagai daerah resapan air, hendaknya ditanami dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah. Di samping itu sistem perakaran dan serasahnya dapat memperbesar porositas tanah, sehingga air hujan banyak yang masuk ke dalam tanah sebagai air infiltrasi dan hanya sedikit yang menjadi air limpasan.
Jika hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke lapisan tanah yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah. Dengan demikian hutan kota yang dibangun pada daerah resapan air dari kota yang bersangkutan akan dapat membantu mengatasi masalah air dengan kualitas yang baik.
Menurut Manan (1976) tanaman yang mempunyai daya evapotrnspirasi yang rendah antara lain : cemara laut Casuarina equisetifolia), Ficus elastica, karet (Hevea brasiliensis), manggis (Garcinia mangostana), bungur (Lagerstroemia speciosa), Fragraea fragrans dan kelapa (Cocos nucifera).
         Po. K (1 + r - c)t - PAM - Pa
La = ----------------------------------
                          z

La  :  luas hutan kota yang harus dibangun
Po  :  jumlah penduduk
K  :  konsumsi air per kapita 1/hari)
r  :  laju peningkatan pemakaian air
c  :  faktor pengendali
PAM  :  kapasitas suplai perusahaan air minum
t  :  tahun
Pa  :  potensi air tanah
z  :  kemampuan hutan kota dalam menyimpan air
   Penapis Cahaya Silau
Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan cahaya seperti kaca, aluminium, baja, beton dan air. Apabila permukaan yang halus dari benda-benda tersebut memantulkan cahaya akan terasa sangat menyilaukan dari arah depan, akan mengurangi daya pandang pengendara. Oleh sebab itu, cahaya silau tersebut perlu untuk dikurangi.
Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung pada ukuran dan kerapatannya. Pohon dapat dipilih berdasarkan ketinggian maupun kerimbunan tajuknya.
 Meningkatkan Keindahan
Manusia dalam hidupnya tidak saja membutuhkan tersedianya makanan, minuman, namun juga membutuhkan keindahan. Keindahan merupakan pelengkap kebutuhan rohani. Benda-benda di sekeliling manusia dapat ditata dengan indah menurut garis, bentuk, warna, ukuran dan teksturnya (Grey dan Deneke, 1978), sehingga dapat diperoleh suatu bentuk komposisi yang menarik.
Benda-benda buatan manusia, walaupun mempunyai bentuk, warna dan tekstur yang sudah dirancang sedemikian rupa tetap masih mempunyai kekurangan yaitu tidak alami, sehingga boleh jadi tidak segar tampaknya di depan mata. Akan tetapi dengan menghadirkan pohon ke dalam sistem tersebut, maka keindahan yang telah ada akan lebih sempurna, karena lebih bersifat alami yang sangat disukai oleh setiap manusia.
Tanaman dalam bentuk, warna dan tekstur tertentu dapat dipadu dengan benda-benda buatan seperti gedung, jalan dan sebagainya untuk mendapatkan komposisi yang baik. Peletakan dan pemilihan jenis tanaman harus dipilih sedemikian rupa, sehingga pada saat pohon tersebut telah dewasa akan sesuai dengan kondisi yang ada. Warna daun, bunga atau buah dapat dipilih sebagai komponen yang kontras atau untuk memenuhi rancangan yang nuansa (bergradasi lembut).
Komposisi tanaman dapat diatur dan diletakkan sedemikian rupa, sehingga pemandangan yang kurang enak dilihat seperti : tempat pembuangan sampah, pemukiman kumuh, rumah susun dengan jemuran yang beraneka bentuk dan warna, pabrik dengan kesan yang kaku dapat sedikit ditingkatkan citranya menjadi lebih indah, sopan, manusiawi dan akrab dengan hadirnya hutan kota sebagai tabir penyekat di sana.
  Sebagai Habitat Burung
Masyarakat modern kini cenderung kembali ke alam (back to nature). Desiran angin, kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di kota diharapkan dapat menghalau kejenuhan dan stress yang banyak dialami oleh penduduk perkotaan.
Salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung. Burung perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil artinya bagi masyarakat, antara lain (Hernowo dan Prasetyo, 1989) :
  1. Membantu mengendalikan serangga hama,
  2. Membantu proses penyerbukan bunga,
  3. Mempunyai nilai ekonomi yang lumayan tinggi,
  4. Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan,
  5. Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi rekreasi,
  6. Sebagai sumber plasma nutfah,
  7. Objek untuk pendidikan dan penelitian.
Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon sebagai tempat mencari makan maupun sebagai tempat bersarang dan bertelur. Pohon kaliandra di antaranya disenangi burung pengisap madu. Pohon jenis lain disenangi oleh burung, karena berulat yang dapat dimakan oleh jenis burung lainnya.
Menurut Ballen (1989), beberapa jenis tumbuhan yang banyak didatangi burung  antara  lain :
  1. Kiara, caringin dan loa (Ficus spp.) F. benjamina, F. variegata, dan F. glaberrima buahnya banyak dimakan oleh burung seperti punai (Treron sp.).
  2. Dadap (Erythrina variegata). Bunganya menghasilkan nektar. Beberapa jenis burung yang banyak dijumpai pada tanaman dadap yangtengah berbunga antara lain : betet (Psittacula alexandri), serindit (Loriculus pusillus), jalak (Sturnidae) dan beberapa jenis burung madu.
  3. Dangdeur (Gossampinus heptaphylla). Bunganya yang berwarna merah menarik burung ungkut-ungkut dan srigunting.
  4. Aren (Arenga pinnata). Ijuk dari batangnya sering dimanfaatkan oleh burung sebagai bahan untuk pembuatan sarangnya.
  5. Bambu (Bambusa spp.). Burung blekok (Ardeola speciosa) dan manyar (Ploceus sp.) bersarang di pucuk bambu. Sedangkan jenis burung lainnya seperti : burung cacing (Cyornis banyumas), celepuk (Otus bakkamoena), sikatan (Rhipidura javanica), kepala tebal bakau ( Pachycephala cinerea) dan perenjak kuning (Abroscopus superciliaris) bertelur pada pangkal cabangnya, di antara dedaunan dan di dalam batangnya.
   Mengurangi Stress
Kehidupan masyarakat di kota besar menuntut aktivitas, mobilitas dan persaingan yang tinggi. Namun di lain pihak lingkungan hidup kota mempunyai kemungkinan yang sangat tinggi untuk tercemar, baik oleh kendaraan bermotor maupun industri. Petugas lalu lintas sering bertindak galak serta pengemudi dan pemakai jalan lainnya sering mempunyai temperamen yang tinggi diakibatkan oleh cemaran timbal dan karbon-monoksida (Soemarwoto, 1985). Oleh sebab itu gejala stress (tekanan psikologis) dan tindakan ugal-ugalan sangat mudah ditemukan pada anggota masyarakat yang tinggal dan berusaha di kota atau mereka yang hanya bekerja untuk memenuhi keperluannya saja di kota.
Program pembangunan dan pengembangan hutan kota dapat membantu mengurangi sifat yang negatif tersebut. Kesejukan dan kesegaran yang diberikannya akan menghilangkan kejenuhan dan kepenatan. Cemaran timbal, CO, SOx, NOx dan lainnya dapat dikurangi oleh tajuk dan lantai hutan kota. Kicauan dan tarian burung akan menghilangkan kejemuan. Hutan kota juga dapat mengurangi kekakuan dan monotonitas.
   Mengamankan Pantai Terhadap Abrasi
Hutan kota berupa formasi hutan mangrove dapat bekerja meredam gempuran ombak dan dapat membantu proses pengendapan lumpur di pantai. Dengan demikian hutan kota selain dapat mengurangi bahaya abrasi pantai, juga dapat berperan dalam proses pembentukan daratan.
   Meningkatkan Industri Pariwisata
Bunga bangkai (Amorphophallus titanum) di Kebun raya Bogor yang berbunga setiap 2-3 tahun dan tingginya dapat mencapai 1,6 m dan bunga Raflesia Arnoldi di Bengkulu merupakan salah satu daya tarik bagi turis domestik maupun manca-negara. Tamu asing pun akan mempunyai kesan tersendiri, jika berkunjung atau singgah pada suatu kota yang dilengkapi dengan hutan kota yang unik, indah dan menawan.
D . Pengelolaan Koleksi Herbarium























BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
            Penelitian KKL tentang divisi Pinophyta dan Magnoliophyta ini dilaksanakan pada hari Minggu, 1 April 2012 pada pukul 09.00 hingga pukul 12.00 WIB yang bertempat di Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
     Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Alat-alat tulis
2.    Papan media tulis
3.    Koran
4.    Plastik herbarium
5.    Kamera

3.2.2 Bahan
     Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.     Diospyros malabarica
2.    Cinnamomum verum
3.    Gmelina asiatica
4.    Diospyros blancoi
5.    Musaenda flava
6.    Pholiebcarpus majadum
7.    Celebica

3.3 Langkah Kerja
3.3.1   Diospyros malabarica
Langkah-langkah yang diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Diamati ciri-ciri spesifik tumbuhan (Batang, Daun, Bunga, Buah, dan Biji)
2.    Diamati ciri-ciri Morfologinya
3.    Diklasifikasikan sesuai dengan cirri-ciri morfologinya.

3.3.2.    Cinnamomum verum
Langkah-langkah yang diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Diamati ciri-ciri spesifik tumbuhan (Batang, Daun, Bunga, Buah, dan Biji)
2.    Diamati ciri-ciri Morfologinya
3.    Diklasifikasikan sesuai dengan cirri-ciri morfologinya.
3.3.3      Gmelina asiatica
Langkah-langkah yang diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Diamati ciri-ciri spesifik tumbuhan (Batang, Daun, Bunga, Buah, dan Biji)
2.    Diamati ciri-ciri Morfologinya
3.    Diklasifikasikan sesuai dengan cirri-ciri morfologinya.
3.3.4      Diospyros blancoi
Langkah-langkah yang diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Diamati ciri-ciri spesifik tumbuhan (Batang, Daun, Bunga, Buah, dan Biji)
2.    Diamati ciri-ciri Morfologinya
3.    Diklasifikasikan sesuai dengan cirri-ciri morfologinya.
3.3.5      Musaenda flava
Langkah-langkah yang diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Diamati ciri-ciri spesifik tumbuhan (Batang, Daun, Bunga, Buah, dan Biji)
2.    Diamati ciri-ciri Morfologinya
3.    Diklasifikasikan sesuai dengan cirri-ciri morfologinya.
3.3.6      Pholiebcarpus majadum
Langkah-langkah yang diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Diamati ciri-ciri spesifik tumbuhan (Batang, Daun, Bunga, Buah, dan Biji)
2.    Diamati ciri-ciri Morfologinya
3.    Diklasifikasikan sesuai dengan cirri-ciri morfologinya.
3.3.7      Celebica
Langkah-langkah yang diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Diamati ciri-ciri spesifik tumbuhan (Batang, Daun, Bunga, Buah, dan Biji)
2.    Diamati ciri-ciri Morfologinya
3.    Diklasifikasikan sesuai dengan cirri-ciri morfologinya







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Kebun Raya Purwodadi
Kebun raya Purwodadi didirikan pada tanggal 30 Januari 1941 oleh Dr. Lourens Gerhard Marinus Baas Becking atas prakarsa Dr. Dirk Fok van Slooten pada tanggal 30 Januari 1941 sebagai pemekaran dari Stasiun Percobaan 's Lands Plantentuin Buitenzorg atau Kebun Raya Bogor. Kebun ini merupakan salah satu dari tiga cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor).
Kebun Raya Purwodadi adalah sebuah kebun penelitian besar yang terletak di Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia. Luasnya mencapai 85 hektar dan memiliki sekitar 10.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan.Didirikan pada tanggal 30 Januari 1941 oleh Dr. L.G.M. Baas Becking. Kebun ini merupakan salah satu dari 3 cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor) yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi spesifik. Kedua cabang lainnya adalah Kebun Raya Cibodas dan Kebun Raya Eka Karya Bali. Pengelolaan seluruh Kebun Raya ini berada di bawah tanggung jawab LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia).
Mula-mula kebun ini dipergunakan untuk kegiatan penelitian tanaman perkebunan. Kemudian pada tahun 1954 mulai diterapkan dasar-dasar per-kebunraya-an yaitu dengan dimulainya pembuatan petak-petak tanaman koleksi. Sejak tahun 1980 sebagian tanaman ditata kembali menurut kelompok suku yang menganut klasifikasi sistem Engler dan Pranti. Dalam perkembangannya diharapkan UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi akan menjadi pusat konservasi dan penelitihan tumbuhan iklim kering di daerah tropis.
Kebun ini merupakan salah satu dari 3 cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor) yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi spesifik. Kedua cabang lainnya adalab Kebun Raya Cibodas dan Kebun Raya Eka Karya Bali. Cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor). Kebun Raya Indonesia merupakan Unit Pelaksana ( Kebun Raya Bogor ), Kebun Raya Indonesia merupakan Unit Pelaksana Teknis yang bernaung dibawah dan bertanggung jawab kepada Deputi Ketua LIPI Bidang IPA. Yang pembinan sehari-hari dilakukan oleh Kepala Pusaat Penelitian dan Pengembangan (Pulitbang Biologi). Pengelolahan seluruh Kebun Raya ini berada dibawah tanggung jawab LIPI ( Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia ).
Lokasi Kebun Raya ini terletak di Desa Purwodadi, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan Lokasi ini terletak di tepi jalan besar yang menghubungkan 3 kota, yaitu Malang, Surabaya, dan Pasuruan. Jarak dari kota Malang adalah 24 km ke arah utara, dan dari kota Pasuruan 30 km ke arah barat daya dan dari kota Surabaya 65 km ke arah selatan. Luas Kebun Raya Purwodadi sakitar 85 ha, pada ketinggian 300m dpl dengan topografi datar sampai bergelombang. Curah hujan rata--rata per tahun 2366 mm dengan bulan basah antara bulan November dan Maret dengan suhu berkisar antara 22º - 32º C.

B.  Hasil
B.1  Dyospiros malabarica

 

Sistematika Taksonomi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Dilleniidae
                         Ordo: Ebenales
                             Famili:
Ebenaceae
                                 Genus:
Diospyros
                                     Spesies: Diospyros malabarica (Descr.) Kostel.

Sinonim : Diospyros glutinifera Roxb., Diospyros embryopteris Pers., Diospyros globularia (Miq.) Koord & Valeton
(Mus, 2010)
Hasil pengamatan pada spesies Diospyros malabarica adalah berupa pohon 10 – 20 m, batang bulat, halus, sebagian terkelupas. Daun tunggal berseling, bentuk bulat sampai lonjong. Daun terbesar berukuran 18 x 6,8 cm, sedangkan daun terkecil berukuran 8,5 x 2,5 cm. Tangkai daun beralur, panjang 0,8 – 1,2 cm. Tepi rata, sedkit melengkung ke dalam. Ujung tumpul sampai lancip, pangkal membulat. Pertulangan daun menyirip, pertulangan utama menonjol, sedangkan kedua tidak terlalu tampak. Perbungaan bintang, putih kekuningan, merupakan daun tunggal, tumbuh dari ketiak daun. Buah berbentuk bulat, permukaan kulit berbulu halus, kelopak bunga tertinggal pada buah, berjumlah 4.
Secara umum, suku Ebenaceae termasuk semak atau pohon dengan kayu yang sering keras berwarna hitam, daun tunggal, duduk tersebar atau berkarang, tanpa daun penumpu. Bunga kebanyakan berkelamin tunggal, jarang banci, aktinomorf, terpisah – pisah dalam ketiak daun, atau membentuk rangkaian yang hanya terdiri atas sedikit bunga saja. Bunga jantan dengan bakal buah yang rudimenter, bunga betina dengan benang sari yang tidak sempurna atau sama sekali tanpa benang sari. Kelopak berlekuk 3 sampai 6, tidak runtuh, sering ikut membesar bersama pertumbuhan buah. Mahkota berlekuk 3 sampai 7 dengan lekuk – lekuknya tersusun seperti genting. Benang sari sama banyaknya dengan lekuk – lekuk mahkota 2 kali lipat atau lebih banyak, tidak berlekatan dengan mahkota, kadang – kadang berbekas, dalam bunga betina mandul atau tidak ada. Bakal buah menumpang, beruang 2 sampai 16, tiap ruang dengan 1 sampai 2 bakal biji, masing – masing dengan 2 integumen. Tangkai sari 2 sampai 8, bebas atau berlekatan pada pangkalnya. Buahnya kebanyakan berupa buah buni dengan 1 sampai beberapa biji. Biji berkulit tipis dengan endosperm yang besar, lembaga kurang lebih setengah panjangnya endosperm, daun lembaga kurang lebih sama panjangnya dengan akar lembaganya (Tjitrosoepomo, 2010 : 325 – 326).
Daerah penyebaran spesies ini meliputi kawasan Asia Selatan (India, Sri Lanka) dan Asia Tenggara (Birma, Indo-china, Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatra, Kepulauan Sunda Kecil, dan Sulawesi). Banyak ditemukan pada daerah di tepi sungai hingga ketinggian 300 – 650 m dpl, dengan curah hujan rata – rata 1300 – 2750 mm/tahun, suhu 18–330 C, serta kelembaban relatif pada musim kemarau 50 – 60 %. Jenis ini dapat tumbuh pada tanah netral alkalis, dengan solum tanah tipis – dalam, jenis tanah mediateran dan litosol (Gratiana, 2004 : 1).
Pohon dapat mencapai tinggi lebih dari 35 m, dengan tinggi bebas cabang 10 – 20 m dan diameter 30 – 80 cm. Berbatang silindris dengan warna kulit luar hitam, kasar bersisik, daging kulit bagian dalam berwarna agak merah. Kayu gubal berwarna coklat kemerahan dan mempunyai batas jelas dengan kayu teras yang berwarna hitam berselang – seling coklat. Daun berbentuk bulat telur sampai memanjang, berukuran 9 – 30 x 2,5 – 9,5. Pangkal daun seperti jantung dengan ujung tumpul sampai meruncing dan halus. Bunga majemuk, berwarna putih dan berukuran kecil. Dalam satu tangkai terdapat bunga jantan 3-7 buah, 4-5 daun penumpu, 24-64 benang sari. Bunga betina terdapat dalam tangkai tersendiri dan jarang terdapat lebih dari 5 bunga, dengan 4-5 daun penumpu (Gratiana, 2004 : 1).
Buah berdaging bertipe buni (berry). Buah terletak di ketiak daun dengan jumlah 1-5 buah. Berbentuk bulat telur dengan panjang 2-5 cm dan lebar 2-4 cm di dalamnya terdapat sekitar 6 benih. Benih berwarna coklat tua atau coklat kehitaman, berbentuk bulat elips (bulat panjang) dengan panjang antara 1-1,5 cm dan lebar 0,5-0,75 cm. Dalam 1 kg benih terdapat sekitar 1200 butir (Gratiana, 2004 : 1).
Bunga berumah 1. Perkawinan antara bunga jantan dan betina melalui silang luar (auterossing). Perkawinan melalui silang dalam (inbreeding) akan menghasilkan buah yang tidak sempurna atau buahh yang cepat rontok sebelum masak. Penyerbukan dilakukan dengan perantara serangga. Berbunga dan berbuah setiap tahun mulai umur 5-7 tahun. Berbunga segera sebelum atau setelah terbentuknya daun baru. Musim berbunga pada bulan Januari – Mei bervariasi tergantung tempat tumbuh. Di pulau Lombok pada bulan Januari – Maret, di pulau Sumbawa bulan April – Mei. Buah masak terjadi pada bulan September – November (Gratiana, 2004 : 1).
Buah masak ditandai dengan warna kulit hijau kekuningan atau kuning dengan bintik coklat, rasanya manis. Biasanya disukai oleh kelelawar, burung, dan monyet, sehingga pemanenan harus segera dilakukan. Pemanenan dilakukan dengan cara memanjat kemudian memotong tandan buah di ujung ranting menggunakan pisau berkait (Gratiana, 2004 : 2).
Benih termasuk rekalsiitran. Benih hasil pengunduhan memiliki daya kecambah 90%. Penyimpanan dilakukan dalam bentuk buah dengan penyimpanannya dalam karung goni basah atau dengan menyimpan buah dalam pelepah batang pisang. Denga cara ini benih dapat bertahan selama 2-3 minggu dengan persen daya perkecambahan 69%. Benih ditabur dalam media campuran pasir dan tanah (1:1) steril. Diletakkan dengan posisi titik tumbuh berada di bawah atau dengan cara ditidurkan. Jarak tanam penaburan antar benih 3-5 cm. mulai berkecambah setelah 3 minggu dan bibit siap disapih. Teknik lainnya adalah dengan merendam benih dalam air selama 1 jam, kemudian dimasukkan dalam karung goni basah. Benih akan mulai berkecambah setelah 4 hari dan siap disapih. Bibit dari cabutan siap ditanam setelah mempunyai 4-5 daun (6-7 bulan) (Gratiana, 2004 : 2).
Setelah lebih dari dua hari, umumnya ditemukan jamur pada benih saat dikecambahkan dalam karung goni basah. Hal ini disebabkan oleh suhu dan kelembaban dalam karung goni sesuai untuk pertumbuhan jamur atau proses ekstraksi benih tidak sempurna. Cara pengendaliannya dengan mencuci ulang benih, kemudian dimasukkan kembali pada karung goni yang basah (Gratiana, 2004 : 2).
Manfaat dari spesies ini adalah kayu mempunyai nilai dekoratif tinggi, dapat digunakan sebagai bahan pembuatan perahu, kontruksi ringan, meubel dan patung. Mempunyai berat jenis kering udara 0,80-1,10 gr/cm3, kelas awet I dan kelas kuat I. buah dapat dimakan, buah muda mengandung tannin yang digunakan sebagai zat pencampur warna. Biji dapat digunakan untuk obat diare dan disentri (Gratiana, 2004 : 2).

B.2  Gmelina asiatika
     


Sistematika Taksonomi
      Kingdom       Plantae
             Sub kingkom      Tracheobionta
                   Super Divisi     Spermatophyta
                          Divisio       Magnoliophyta
                              Classis      Magnolipsida
                                  Sub Classis     Asteridae
                                         Ordo      Tuliflorae
                                              Famili       Verbenaceae
                                                   Genus      Gmelina
                                                         Species      Gmelina asiatica L.
                                                                                            (Mus,2010)
A.    Nama Lokal : Wareng
B.    Diskripsi Tanaman
·         Habitus
Tanaman perdu
·         Daun
Tunggal berhadapan, berbentuk bulat sampai lonjong. Tangkai daun dengan ukuran 1- 2,3 cm. Ukuran daun 2,1 x 1,1 – 5,9 x 4,3 cm.
Tepi daun rata, pangkalnya membulat, bagian ujugnya tumpul. Semua bagian lembar daun barbulu halus. Pada bagian bawah daun berwarna putih kecoklatan.
·         Pertulangan daun
Menyirip, terdapat pertulangan daun 3, pada pertulangan daun ke-3 menangga tali.
·         Batang
Bulat, kulitnya berkerak. Batang muda berduri kayu. Apabila tua tidak berduri.
·         Bunga
Berwarna kuning berbentuk tabung.
·         Perbungaan
Muncul dari ujung pertumbuhan (terminal).
·         Buah
Berbentuk bulat, berwarna hijau hingga kuning. Cepal masih tertinggal di pangkal buah.
·         Manfaat
Dapat digunakan sebagai obat luka lama.


            B.3 Diospyros celebica

Sistematika Takson dari kayu eboni yaitu  :
Kerajaan    Tumbuh-tumbuhan
       Divisi     Spermatophyta
             Anak divisi    Angiospermae
                  Kelas     Dicotyledoneae
                        Anak kelas   Sympetalae
                            Bangsa      Ebenales
                                 Suku       Ebenacçae
                                       Marga      Diospyros
                                            Jenis     Diospyros celebica Bakh
(Mus, 2012)
Dalam dunia perdagangan kayu eboni dikenal dengan nama Macassar ebony (Inggris, Amerika Serikat), ebene de Makassar (Perancis) gestreept ebben (Belanda), Macassar ebenhols (Jerman) ebeno de Macassar (Spanyol) ebeno di Macassar (Italia) dan Indonesisk ebenholt (Swedia). Sedangkan untuk nama daerah dikenal berbagai macam nama diantaranya Toe (Donggala, Poso dan Manado), Limara (Luwu), Sora (Malili) dan ayu Maitong (Parigi).
·         Habitat
   Eboni (Diospyros celebica. Bakh) umumnya tumbuh mengelompok pada hutan dataran rendah sampai daerah pegunungan rendah. Jenis ini tumbuh alami di hutan tropika basah dan hutan monson. Eboni tumbuh dari dataran rendah hingga tinggi tempat 400m dari permukaan laut (dpl), namun pada ketinggian 600 m dpl, kadang-kadang dijumpai Eboni walaupun pertumbuhannya tidak optimal. Eboni dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah berkapur, berpasir, samapai tanah liat berbatu asal tidak tergenang. Jenis ini dapat tumbuh di tanah-tanah latosol, podzol dan tanah berkapur. Sifat tanah permiabel, bertekstur lempung dan tergolong tanah kapur. Curah hujan yang baik untuk mendukung pertumbuhan Eboni berkisar 2.000 – 2.500 mm/th, namun masih bisa hidup di daerah kering dengan curah hujan 700 mm/th
·         Batang
Eboni adalah pohon yang berukuran sedang sampai besar, dengan tinggi dapat mencapai 40 m, bagian batang bebas cabang dapat mencapai 10 – 26 m. Diameter batang dapat mencapai 150 cm atau lebih.
·         Daun
Jenis daun eboni adalah tunggal berbentuk memanjang samapai jorong dengan panjang 12 – 35 cm dan lebar 2,5 – 7 cm.
·         Sistem pembungaan
Berbentuk paying menggarpu, pada bunga jantan ada 3 – 7 bunga, masing-masing dengan 4 petal dan mempunyai 16 benangsari, sedangkan pada bunga betina dijumpai 1 – 3 bunga yang seperti payung menggarpu 4 petal dengan kelopak bergelombang dan berkatup (Riswan, 2003) .
·         Buah
Berbentuk bulat telur berukuran 3,5 – 5 cm.
·         Biji
Biji  Eboni yang tua berwarna coklat kehitaman berbentuk bulat panjang. Panjang biji 2 – 5 cm dengan tebal 0,5 – 1,5 cm, rata-rata berat satu biji 0,5 – 2 g dan dalam 1 kg ±1.100 biji.
·         Manfaat
Kayu eboni banyak dipakai untuk mebel mewah, perpatungan, ukiran, kipas, alat-alat dekoratif mewah.  Kayu eboni termasuk jenis kayu yang paling mahal, namun juga paling awet. Kayu ini makin lama makin hitam.  Kualitas tertinggi adalah kayu yang bergaris teratur.  Pengawetan kayu dilakukan pada kayu yang sudah 50 tahun terbenam dalam tanah, namun tidak sedikitpun mengalami kerusakan.
Kayu Eboni biasanya digunakan sebagai bahan meubel, patung, ukiran, hiasan dinding, alat musik, kipas dan kayu lapis mewah. Sementara orang-orang Jepang beranggapan, apabila perabotan rumah tangganya berasal dari kayu Eboni dapat meningkatkan status sosialnya (Kuhon dkk, 1987). Tidak kurang dari 95 persen (%) kayu Eboni yang diperdagangkan adalah berbentuk gergajian, dan sisanya sekitar 5% diperdagangkan dalam bentuk barang jadi yang diproduksi oleh para perajin lokal maupun perajin yang ada di pulau Jawa dan Bali. Kayu Eboni dalam bentuk gergajian, kebanyakan diekspor dengan negara tujuan utama adalah Jepang, kemudian Amerika Serikat dan beberapa negara di benua Eropa (Prosea,1995).

            B.4 Mussaenda philippica
 

            Sistematika Taksonomi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Asteridae
                         Ordo: Rubiales
                             Famili:
Rubiaceae (suku kopi-kopian)
                                 Genus:
Mussaenda
                                     Spesies: Mussaenda philippica L.
Bunga Nusa Indah (Mussaenda philippica L.)mempunyai ciri sebagai berikut : tipe daun menyirip genap, bentuk daun bundar telur (ovale), pangkal daun meruncing (acuminate), ujung daun meruncing(acuminate), tepi daun rata (entire), pertulangan daun menyirip (pinnate), permukaan daun kasap (scabrous), bunga letak terminal, dan duduk daun berhadapan bersilangan (opposite-decussate). Tanaman perdu, berasal dr Filipina, tingginya dapat mencapai 4 m, berdaun tunggal, berbunga di ujung ranting, ditanam sbg pohon hias; Nussaenda philippica; (Sudarsono, 2010 : 321).
Dan dari hasi penelitian yang didapat adalah : mempunyai habitat perdu. Batang tunggal berhadapan berselang seling. Di setiap ruas buku terdapat setipula (daun penumpu) yang memeluk batang atas berbentuk lonjong ujung lancip. Pangkal daun melancip, tepi merata. Bagian seluruhnya berbulu. Tulang menyirip, ertulangan 1,2,3 sangat menonjol dan menagga. Mempunyai panjang 3,6x1,5 cm sampai 9,4x4,4 cm. Yang mana bunga muncul dari ujung berwarna kuning cerah. Terdapat bunga semu yang berasal dari modifikasi daun yang dekat dengan perbungaan. Untuk sementara kegunaannya sebagai tanaman hias (Sudarsono, 2010 : 321).

B.5 Diospyros blancoi

Sistematika Taksonomi
Kingdom          Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom    Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi        Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi                       Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                  Kelas                     Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                        Sub Kelas                Dilleniidae
                               Ordo                        Ebenales
                                    Famili                    
Ebenaceae
                                           Genus                   
Diospyros
                                                Spesies                    Diospyros blancoi A. D
                                                                                    (Mus, 2010)


Deskripsi
Bisbul merupakan pohon yang sedang tingginya, 10-30 m, meskipun umumnya hanya sekitar 15 m atau kurang. Berbatang lurus, dengan pepagan berwarna hitam atau kehitaman, diameter hingga 50 cm atau lebih di pangkal batang, bercabang kurang lebih mendatar dan bertingkat, dengan tajuk keseluruhan berbentuk kerucut yang lebat dan rapat daun-daunnya sehingga gelap di bagian dalamnya.
Daun-daun tersusun berseling, berbentuk lonjong, 2,5-12 × 8-30 cm, bertepi rata, dengan pangkal membundar dan ujung meruncing, bertangkai sekitar 1,7 cm. Sisi atas daun hijau tua, mengkilap, seperti kulit; sisi bawah berbulu halus, keperakan. Daun muda hijau muda sampai merah jambu.
Berumah dua, bunga-bunga jantan tersusun dalam payung menggarpu, 3-7 kuntum, di ketiak daun; berbilangan 4, daun mahkota berbentuk tabung, putih susu. Bunga betina soliter, bertangkai pendek dan terletak di ketiak daun.
Buah buni bulat atau bulat gepeng, 5-12 × 8-10 cm, berbulu halus seperti beludru, coklat kemerahan kemudian merah terang dan lalu agak kusam apabila masak, dengan “topi” dari kelopak bunga yang tidak rontok. Daging buah berwarna keputihan, agak keras dan padat, agak kering, manis agak sepat dan berbau harum; ditutupi kulit buah yang tipis berbulu. Bau keras agak mirip keju dan durian, bagi sebagian orang terasa memualkan, bahkan ada pula yang menyebutkan baunya mirip dengan kotoran kucing. Biji hingga 10 butir, berkulit kecoklatan, berbentuk baji agak mirip keping buah jeruk, 4 × 2,5 × 1,5 cm (di bagian tebalnya).
Bisbul (Diospyros blancoi A. DC) dikenal juga sebagai Velvet Apple (Inggris) atau Buah Mentega (Indonesia). Merupakan buah yang awalnya hidup liar di hutan-hutan primer dan sekunder Filipina, namun kini telah menyebar di berbagai negeri tropis, termasuk Indonesia, di Bogor, Jawa Barat dibudidayakan di pekarangan. Buah bisbul berbentuk bulat gepeng, dengan besar kira-kira 5-12 x 8-10 cm, berbulu halus seperti beludru. Termasuk keluarga eboni (suku Ebenaceae) dan berkerabat dengan Kesemek dan Kayu Hitam. Tak heran jika di negeri asalnya disebut Buah Mabolo atau Buah Berbulu.
Bisbul sudah cukup lama dikenal dan banyak tumbuh di Bogor . Sudah lebih dari seratus tahun tumbuh di Bogor Selatan, masyarakat setempat , termusuk pedagang buah, sudah menganggap buah ini sebagai buah khas dari daerah Bogor. Dan kebetulan juga di daerah lain memang tak ditemukan. Di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, hanya ada di Bogor Selatan dan sekitarnya. Buah bisbul ini, dapat diperoleh di pedagang buah yang mangkal di sepanjang Jalan Batutulis mulai dari samping Istana Batutulis sampai menjelang SPBU setempat, Para pedagang buah menawarkan dengan harga hingga Rp 15.000/kg.
Berdasarkan literatur yang ada,  tanaman tersebut diintoduksi ke Jawa, Malaysia pada tahun 1881, dan juga ke Kebun Raya Singapura, ke Calcuta di India. ”Diduga , bisbul ini beredar di daerah Bogor karena imbas dari Kebun Raya yang didirikan sejak tahun 1817. Tanaman ini berbuah terus menerus sepanjang tahun. Dari bunga sampai berbuah sekitar empat bulan.
Bisbul merupakan tanaman hias pohon yang indah dengan ketinggian mencapai hingga 30 m, tapi umumnya hanya sekitar 15 m atau kurang. Berbatang lurus, dengan diameter batang ± 50 cm, bercabang mendatar dan bertingkat, dengan tajuk keseluruhan berbentuk kerucut yang lebat dan rapat sehingga gelap dibagian dalammya. Sisi atas daun hijau tua, mengkilap, sisi bawah berbulu halus keperakan, daun muda berwarna hijau muda samapi merah jambu.
Buah muda berwarna  cokelat kemerahan yang berubah menjadi merah terang, kemudian agak kusam jika matang. Sedangkan daging buah berwarna keputihan, agak keras dan padat, serta kering. Rasanya manis agak sepat dan berbau khas, hampir menyerupai bau keju dan durian. Bijinya 0 – 10 butir per buah, berbentuk baji, ukurannya mencapai 4 x 2,5 x 1,5 cm. Buah bisbul umumnya dimakan dalam keadaan segar jika matang. Daging buahnya juga dapat diiris-iris dan dicampur dengan buah-buahan lain untuk dijadikan rujak.
Batang: bulat, berkerak
Habitus: pohon
   Bisbul ( Diospyros blancoi) .
Bisbul merupakan salah satu tanaman yang berbuah dan mempunyai batang kayu dengan kualitas yg cukup baik, berwarna coklat kemerahan hingga hitam, bertekstur halus, kuat dan keras. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman yang bisa dikategorikan cukup langka karena jarang kita temui lagi menghiasi pekarangan rumah atau dibudidayakan secara komersil. Tanaman buah ini berasal dari Filipina dan di Indonesia bisa ditemui tumbuh salah satunya di wilayah Bogor.
Buahnya yang unik biasanya berbentuk bulat dan berbulu halus sebesar kepalan tangan orang dewasa yang berwarna merah kecoklatan apabila sudah matang. Daging buahnya berwarna putih dan berbau harum, memiliki aroma seperti durian dan keju. Tekskur dagingnya lembut, ( seperti mentega, buah alpukat) dan padat, rasanya manis dan ada juga yg berasa sedikit sepat ditutupi kulit buah yang tipis dan berbulu halus.
Dapat tumbuh di segala jenis tanah dengan ketinggian hingga ± 800 dpl dan tidak memerlukan perawatan khusus.
Daun : merupakan daun tunggal,berseling tangkai beralur berukuran 0.5-1 cm. Tepi daun: rata bergelombang, ujung tumpul-runcing. Pangkal membulat,bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan bagian bawah berwarna putih kehijauan. Bentuk daun bulat sampai lonjong, ukuran 9x 5.8 cm- 17,3x 8.1 cm.

 

Bunga : muncul dari ketiak daun, warna kuning keputihan.


Bunga-bunga jantannya tersusun dalam payung menggarpu, di ketiak daun, terdiri atas 3-7 kuntum; tangkai bunganya pendek; daun kelopaknya berbentuk tabung, bercuping 4 yang~dalam, panjangnya kira-kira 1 cm; daun mahkotanya sedikit lebih besar daripada daun kelopak, berbentuk tabung dan bercuping 4 juga, berwarna putih susu; benang sarinya 24-30 utas, menyatu di pangkalnya, membentuk pasangan-pasangan; bunga betina soliter, berada di ketiak daun, bertangkai pendek, ukurannya sedikit lebih besar daripada bunga jantan, memiliki 4-5(-8) staminodia.
Buah : bulat pipih,warna orange sampai coklat, mempunyai cepal tapi kecil. Buahnya bertipe buah buni yang berbentuk bulat atau bulat gepeng, berukuran (5-12) cm x (8-10) cm, berbulu beludru, berwarna coklat kemerahan, di pangkalnya ada topi dari kelopak yang kaku dan tidak rontok; kulit buahnya tipis, tertutup rapat oleh bulu-bulu pendek yang berwarna coklat keemasan, mengeluarkan bau keras yaftg mirip bau keju; daging buahnya berwarna keputih-putihan, keras, agak kering, rasanya manis, sepet, berbau harum. Bijinya 0-10 butir per buah, berbentuk baji, ukurannya mencapai 4 cm x 2,5 cm x 1,5 cm. Pohon asal benih cenderung tumbuh tegak, kadang-kadang hanya memiliki satu batang tanpa cabang. Akan tetapi, pohon yang berasal dari sambungan perawakannya pendek dan mengeluarkan lebih banyak cabang lateral. Pohon yang berasal dari semai berbuah 6-7 tahun setelah ditanam, sedangkan yang berasal dari sambungan 3-4 tahun. Pohon bisbul bervariasi terutama dalam bentuk dan perbuluan daun serta bentuk dan rasa buah. Kandungan Nama daerah bisbul di Filipina ialah 'mabolo,' berarti buah berbulu, mengacu kepada buahnya yang berbulu. Buah bisbul memiliki 60-73% dari bagian yang dapat dimakan, yang setiap 100 g berisi: air 83,0-84,3 g, protein 2,8 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 11,8 g, serat 1,8 g, abu 0,4-0,6 g, kalsium 46 mg, fosfor 18 mg, besi 0,6 mg, vitamin A 35 SI, tiamina 0,02 mg, riboflavin dan niasina 0,03 mg, dan vitamin C 18 mg. Nilai energinya rata-rata 332 kJ/100 g.

       

Manfaat
Selain manis, buah ini juga sangat manfaat. Setiap 100 gr buah bisbul mengandung protein 2,8 gr, lemak 0,2g, karbohidrat 11,8 gr, serat 1,8 gr, kalsium 46 mg, fosfor 18mg, zat besi 0,6mg, vitamin A 35 SI, vitamin C 18 mg, tiamin 0,02 mg, robflavin 0,03 dan energi 332 kj/100 gr. Buah bisbul juga memiliki kandungan serat yang cukup tinggi. Dengan kandungan yang demikian kaya, maka bisbul bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mem-perbaiki saluran pencernaan, meng-haluskan kulit, menjaga kesehatan mata dan mencegah sembelit.
Buah bisbul umumnya dimakan dalam keadaan segar jika matang. Rasanya agak manis, tetapi cukup kering. Daging buahnya juga dapat diiris-iris dan dicampur dengan buah-buahan lain untuk dijadikan rujak. Kayunya licin dan tahan lama, warnanya hitam dan banyak dimanfaatkan di Filipina untuk pembuatan kerajinan tangan. Pohon bisbul sering ditanam di pinggir jalan.

B.6  Pholidocarpus majadum

            Sistematika Taksonomi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
                     Sub Kelas: Arecidae
                         Ordo: Arecales
                             Famili:
Arecaceae (suku pinang-pinangan)
                                 Genus:
Pholidocarpus
                                     Spesies: Pholidocarpus majadum Becc.
(Mus, 2010).
Deskripsi
Berdasarkan pengamatan terhadap Pholidocarpus majadum didapatkan hasil bahwa palem ini termasuk ke dalam bangsa Arecales, suku Areceae yang memiliki ciri-ciri batang bulat, tinggi dapat mencapai ± 20 meter dan beruas. Terdapat tapas (Pengganti pelepah daun) pada batangny. Daun tunggal tersusun spiral , tangkai panjang  ≥ 1 meter , bagian tepi berduri bagian bawah terdapat 2 garis yang berwarna kuning. Tulang daun menjari, bertoreh dalam berbagi 90%. Perbungaan muncul di ketiak daun.
Pengamatan yang kami lakukan kemudian kami bandingkan dengan literature, menurut Becari (1904). Pholidocarpus majadum merupakan tumbuhan pohon yang tingginya mencapai 130 kaki, dan termasuk palem paleman, memiliki batang seperti kelapa, tetapi lebih ramping dan kayunya lebih keras. Daunnya berbentuk seperti kipas yang biasanya digunakan untuk atap  gubuk. ( Beccari , 1904 : 266).
Manfaat
            Palem biasanya digunakan sebagi tanaman hias. Daunnya dapat digunakan sebagai penutup atap. Selain itu batangnya dapat dimanfaatkan sebagi bahan anyaman ( Beccari , 1904 : 266).

C.   7  Cinnamomum verum
   
            Sistematika Taksonomi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Magnoliidae
                         Ordo: Laurales
                             Famili: Lauraceae
                                 Genus: Cinnamomum
                                     Spesies: Cinnamomum verum J.Presl
HABITUS:
            Habitus Cinnamomum verum J.Presl  adalah berupa pohon yang mnjulang tinggi ke atas. Tingginya sekitar 50 meter dari permukaan tanah, nama  umum dari Cinnamomum verum J.Presl  adalah kayu manis. Kayu manis (Cinnamomum verum, synonym C. zeylanicum) ialah sejenis pohon. Termasuk ke dalam jenis rempah-rempah yang amat beraroma, manis, dan pedas. Kayu manis adalah salah satu bumbu makanan tertua yang digunakan manusia. Bumbu ini digunakan di Mesir Kuno sekitar 5000 tahun yang lalu, dan disebutkan beberapa kali di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama.
BATANG:
            Batang Cinnamomum verum J.Presl dengan diameter 125 cm. Batang nya bulat, dan berkulit halus.Batang  Cinnamomum verum J.Presl yang di mangfaatkan ke dunia memasak, kesehatan, aromatic dan lain-lain. Batang berkayu dan bercabang-cabang.
DAUN:
            Daun Cinnamomum verum J.Presl merupakan daun tunggal (oposite =berhadapan), bentuk daun bagian ujung runcing sampai meruncing.Pangkal daun melancip atau membagi.Bentuk daun nya bulat sampai lonjong.Daun tunggal, lanset, warna daun muda merah pucat setelah tua berwarna hijau. Daun kayu manis duduknya bersilang atau dalam rangkaian spiral. Panjangnya sekitar 9±12 cm dan lebar 3,4±5,4 cm, tergantung jenisnya. Warna pucuknya kemerahan, sedangkandaun tuanya hijau tua..Pertulangan menyirip kemudian ada pertulangan daun ke tiga. Panjang daun paling besar:24,5 cm.

BUNGA:
                 Perbungaan Cinnamomum verum J.Presl  muncul dari ujung pertumbuhan (Terminal) , berwarna kuning pucat. Perbungaan bentuk malai, tumbuh di ketiak daun, warna kuning. Bunganya berkelamin dua atau bunga sempurna dengan warna kuning,ukurannya kecil.

BUAH:
                 Buah buni, buah muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam.Buahnya adalah buah buni, berbiji satu dan berdaging. Bentuknya bulat memanjang, buah muda berwarna hijau tua dan buah tua berwarna ungu tua (Rismunandar dan Paimin, 2001)

AKAR:
                 Akar tunggang.

MANFAAT:
                 Kulit kayu manis, yang merupakan salah satu jenis rempah-rempah itu, biasa digunakan untuk penambah rasa masakan, bahan pembuat kue, minuman, serta bahan baku jamu dan kecantikan. Kulit kayu manis juga bisa untuk bahan baku obat. Minyak kayu manis adalah minyak atsiri yang didapatkan dari tumbuhan kayumanis. Kulit kayu manis adalah jenis rempah-rempah yang banyak digunakan sebagai bahan pemberi aroma dan citarasa dalam makanan dan minuman, dan bahan aditif pada pembuatan parfum serta obat-obatan. Kulit kayu manis mengandung minyak atsiri dan oleoresin.
                 Manfaat Minyak atsiri ini digunakan sebagai bahan baku minyak wangi, kosmetik danobat ± obatan. Industri komestik dan minyak wangi menggunakan minyak atsiri sebagai bahan pembuatan sabun, pasta gigi, samphoo, lotion dan parfum.Industri makananmenggunakan minyak atsiri sebagai penyedap atau penambah cita rasa. Selama ini dauncengkeh kurang dimanfaatkan oleh para petani cengkeh sehingga terbuang begitu saja, padahal daun cengkeh dapat di kembangkan pengolahannya.Dalam penelitian ini minyak atsiri yang di hasilkan dari kayu manis diambil denganmetode distilasi uap. Beberapa metode destilasi yang popular dilakukan di berbagai perusahaan industri penyulingan minyak atsiri adalah Metode destilasi kering (langsung dari bahannya tanpa menggunakan air) metode ini paling sesuai untuk bahan tanaman yang keringdan untuk minyak-minyak yang tahan pemanasan dan Destilasi air, meliputi destilasi air danuap air dan destilasi uap air langsung. Metode ini dapat digunakan untuk bahan keringmaupun bahan segar dan terutama digunakan untuk minyak-minyak yang kebanyakan dapatrusak akibat panas kering.
                 Kayu manis identik digunakan sebagai bumbu dalam penganan dalam perayaan Natal. Tapi tidak hanya menghadirkan aroma manis dan pedas pada makanan saja, ramuan kayu manis dapat menjaga kesehatan Anda juga. Jika biasanya Anda menggunakan kayu manis hanya sebagai bahan tradisional dalam kue Natal dan kue pie, kayu manis (cinnamomum verum) adalah salah.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

Kebun raya Purwodadi didirikan pada tanggal 30 Januari 1941 oleh Dr. Lourens Gerhard Marinus Baas Becking atas prakarsa Dr. Dirk Fok van Slooten pada tanggal 30 Januari 1941 sebagai pemekaran dari Stasiun Percobaan 's Lands Plantentuin Buitenzorg atau Kebun Raya Bogor. Kebun ini merupakan salah satu dari tiga cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor).
Fungsi Kebun Raya Purwodadi :
Melakukan inventarisasi, Menyediakan fasilitas penelitian, Menyediakan fasilitas rekreasi di alam terbuka.
Koleksi Pohon dan Tumbuhan :
Polong-polongan, Angrek, palem,obat, paku dan bamboo. Yang mana pada penelitian ini kita mengamati pada tumbuhan tingkat tinggi. Sehingga yang kita dapatkan adalah jenis tumbuhan tingakat tinggi.
Ciri tubuh dari tumbuhan tingkat tinggi
Ukuran dan bentuk tubuh Tumbuhan berbiji berukuran makroskopik dengan ketinggian yang sangat bervariasi. Tumbuhan biji tertinggi berupa pohon dengan tinggi melebihi 100 m. masalnya pohon konifer Sequoiadendron giganteum d taman Nasional Yosemite California, dengan tinggi sektar 115 m dan diameter batang sekitar 14 m. Habitus atau perawakan tumbuhan berbiji sangat bervariasi, yaitu Pohon, misalnya jati, duku, kelapa, beringin, cemara; Perduk, misalnya mawar, kembang merak, kembang sepatu; semak, misalnya arbei; dan Herba, misalnya sayur-sayuran, bunga lili, serta bunga krokot.
Maka dari itu dengan adanya penelitian ini diharapkan para mahasiswa akan lebih bias memahami dan lebih mengerti pada jenis tumbuhan tingkat tinggi dan bias membedakan antara tumbuhan tingkat tinggi dan tingakat rendah. Karena dengan adanya penelitian ini tumbuhan tingkat tinggi dan tumbuhan tingkat rendah bias diketahui. Dan semoga bias bermanfaat bagi para praktikan dan pada sekitarnya.





DAFTAR PUSTAKA
Beccari, odoardo.1904. Wandering Of In The Great Floreset Of Borneo. Newyork: Newyork Public Library
Gratiana, Emmy.2004. Informasi Singkat Benih. Bandung: Direktorat Perbenihan tanaman Hutan
Mus. 2010. http:www.plantamorf.com. Yogyakarta: diakses tanggal 10 April 2012
Samedi, dan I. Kurniati. 2002. Kajian Konservasi Eboni. Berita Biologi Vol. 6 No. 2. Edisi khusus manajemen Eboni Pusat Penelitian Biologi LIPI, Jakarta
Shvoong.2012.http://www.shvoong.blogspot.com. Diakses tanggal 10 april 2012
Soenarno. 1996. Degradasi Potensi Kayu Eboni (Diospyros celebica Bakh.) di Sulawesi Tengah dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Eboni. Balai Penelitian Kehutanan Ujung Pandang, Ujung Pandang.
Sudarsono.2010. Kamus Besar Biologi. Surabaya: Sinar Wijaya
Sunaryo. 2002. Konservasi Eboni (Diospyros celebica Bakh.). Vol: 6  No (2). Diakses tanggal 12 april 2012
Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan spermatophyte. Yogyakarta: UGM press
Waluyo, E. B. 2002. Gatra Etnobotani Eboni (Diospyros celebica Bakh.).Berita Biologi Vol. 6 No. 2. Edisi khusus manajemen Eboni. Pusat Penelitian Biologi LIPI, Jakarta.
http://www.dephut.go.id/informasi/hutkot. Diakses Tanggal 10 April 2012
http://fp.uns.ac.id/hamasains/ekotan.9.htm. Diakses Tanggal 10 April 2012
http://iklim.dirgantara-lapan.or.id. Diakses Tanggal 10 April 2012
http://bpthsulawesi.net. Diakses Tanggal 10 april 2012
http://www.irwantoshut.net/tipe_tipe_hutan_tropis.html . Diakses Tanggal 10 April 2012







Tidak ada komentar:

Posting Komentar